Perkembangan perilaku individu, dapat dipelajari melalui perkembangan kepribadian karena perkembangan individu tidak terlepas dari tugas-tugas perkembangan yang harus diakui sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Sigmund Freud (1856-1939)
Dikenal sebagai “bapak psikoanalisis”, yang mengembangkan teori libido atau teori energy sexual. Dalam garis besar Freud membagi perkembangan anak menjadi 4 fase, dikaitkan dengan dinamika perkembangan dan sebelum memasuki fase maturitas.
Fase pengertian atau stadium pragentila adalah fase dari saat dilahirkan sampai dengan kira-kira umur 5 tahun yang mencakup fase oral, anal dan falik. Ketiga fase tersebut mengalami perkembangan yang dinamis dan berlainan antara fase oral, anal, dan falik. Pada tahun-tahun pertama kehidupan memiliki peranan yang penting dalam menentukan pembentukan kepribadian, dan pada akhirnya tahun kelima, kepribadian seseorang telah terbentuk. Fase pragenital ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh tertentu.
Fase laten berlangsung dari umur 6 tahun sampai dengan umur 12-13 tahun. Pada fase ini, dinamika perkembangan tampak lebih stabil karena impuls-impuls cenderung ditekan.
Fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun. Pada saat ini, dinamika tampak menonjol kembali.
Fase genital. Pada fase ini, dinamika tampak tenang kembali dan semakin tenang apabila individu memasuki fase maturitas. Fase sampai dengan umum 20 tahun adalah fase yang sangat menentukan di dalam pembentukan kepribadian seseorang. Perkembangan kepribadian, selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar yang berbentuk sejak masa pragnital hingga genital.
Menurut Freud sebagaimana diuraikan oleh Sumadi Suryabrata (1935) bahwa fase perkembangan kepribadian individu, apabila ditinjau dari dinamika kepribadian, dibedakan menjadi fase yaitu; fase oral, anal, falik, laten, pubertas, dan genital. Setelah melewati fase genital pada akhirnya memasuki fase maturitas dan dinamika sudah tenang dan mantap.
Fase Oral
Fase pertama berlangsung dari umur 0-1 tahun atau pada tahun pertama kehidupan, lamanya kira-kira satu tahun. Daerah pokok kegiatan dinamika adalah mulut sehingga fase ini dinamakan fase oral. Mulut dipandangan sebagai sumber kenakan-ketidakenakan, kepuasan-ketidakkepuasan, kenikmatan-ketidakkenikmatan , yang berasal dari makanan yaitu pada saat menyusui atau disuapin.
Pada fase ini, mulut memiliki fungsi penting dan sebagai alat ulama untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Makan dalam hal ini mencakup perangsangan terhadap bibir, rongga mulut, dan menelan. Apabila makanan yang di makan tidak menyenangkan, makanan tersebut akan dikeluarkan. Selanjutnya, setelah tubuh gigi susu, kenikmatan dapat timbul karena menggigit dan mengunyah.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada fase oral, yaitu:
1) Ditemukan dua macam aktivitas oral, yaitu: menggigit dan menelan makanan, yang kelak akan menjadi prototipe ciri (watak) individu
2) Kenikmatan yang diperoleh dari aktivitas oral dapat dipindahkan ke objek lain, yaitu kenikmatan untuk memperoleh pengetahuan dan hak milik (harta)
3) Bentuk pemindahan objek dari menggigit (agresi oral) adalah suka berdebat dan sifat sarkastis (suka menyindir)
4) Individu yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral (memasukkan sesuatu ke mulut), akan mudah ditipu karena apa yang dikatakan orang akan diterima begitu saja tanpa dipikir secara nalar.
5) Melalui pemindahan dan sublikmasi serta pertahanan terhadap impuls oral primitif (makan, menelan, menggigit) maka prototipe fungsi oral menjadi dasar perkembangan minat, sikap, dan ciri-ciri (watak) individu.
6) Berlangsung pada saat individu tidak berdaya dan sangat tergantung kepada ibu dalam segala hal, seperti : dibuai, dirawat dan dilindungi, karena itu timbul rasa ketergantungan.
7) Rasa ketergantungan cenderung tetap ada selama hidup manusia dan menonjol apabila individu merasa tidak aman, cemas, dan ketakutan.
8) Dasar perkembangan mental yang sangat sehat sangat dipengaruhi oleh hubungan yang harmonis antara ibu-anak.
9) Apabila fase oral dapat dilalui dengan berhasil akan secara mantap memasuki fase berikutnya.
10) Apabila pada fase ini terjadi gangguan makan akan terjadi fiksasi oral, yaitu pengalaman buruk tentang makan yang menyebabkan anak terfiksasi (cara tingkah laku yang tetap dan terus menerus dilakukan) sehingga kelak perilakunya akan terarah untuk mencari kepuasan yang tidak diperoleh pada fase oral.
11) Apabila fase oral tidak terselesaikan dengan baik akan terbawa pada fase berikutnya. Ketidaksiapan anak tampak pada perilaku tetap ketergantungan dan menolak mandiri.
12) Apabila anak menutupi ketidaksiapan, yang terjadi adalah anak terlalu cepat mandiri, namun kelak akan muncul kembali dalam bentuk gangguan perilaku.
Fase Anal
Fase anal berlangsung dari umur 1-3 tahun, yang ditandai dengan berkembangnya kepuasan (kateksis) dan ketidakpuasan (antikateksis) di sekitar fungsi eliminasi. Dengan mengeluarkan feses (buang air besar) timbul perasan lega, nyaman, dan puas. Kepuasan tersebut bersifat egosentrik, artinya anak mampu mengendalikan sendiri fungsi tubuhnya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase anal, yaitu:
@ Anak mulai menunjukkan sifat egosentrik, sikapnya sangat narsistis (kecintaan pada diri sendiri), dan egoistic memikirkan diri sendiri)
@ Tugas perkembangan yang penting dan fase anal tepatnya pada saat anak umur 2 tahun adalah latihan kebersihan (bile’ training), agar anak dapat buang air (defikasi) dengan bersih dan teratur.
@ Latihan kebersihan yang terselesaikan dengan baik, yaitu dengan cara membimbing, memuji, dan penuh kasih sayang akan menjadi dasar kreativitas dan produktivitas anak.
@ Latihan kebersihan yang tidak terselesaikan dengan baik akan menimbulkan kesulitan perkembangan perilaku dikemudian hari.
Contoh :
Ibu sangat menekan (represif) dan keras terhadap anak dan mengakibatkan:
- Anak menahan feses dan terjadi obstipasi (sembelit). Bentuk perilaku yang terjadi, seperti; retentive (penolakan), keras kepala, sifat obsesif (pikiran yang berulang ulang dan tidak disukai, tetapi sulit dihilangkan), berpandangan sempit, berkepribadian introvert, dan pelit (kikir)
- Anak akan encopresis (mengeluarkan feses sering dan sembarangan). Bentuk sisa konflik adalah kepribadian anal-exclusive yang ditandai dengan sifat kepribadian extrovert impulsive, tidak rapi (jo.ok), dan kurang pengendalian diri.
Tugas perkembangan lain pada fase anal adalah perkembangan bicara dan bahasa.
Fase Falik
Fase oral berlangsung sekitar umur 3-5 tahun, yang menjadi daerah erogen adalah bibir, fase anal adalah anus, sedangkan pada fase falik, daerah erogen terpenting adalah alat kelamin. Sebagai pusat dinamika perkembangan adalah perasaan seksual, dan agresif karena mulai berfungsinya alat kelamin.
Hal-hal yang perlu dipahami pada fase falik, yaitu:
@ Anak mulai melakukan rangsangan otoerotik, yaitu meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogen (bagian tubuh yang mudah membangkitkan dorongan seksual)
@ Dorongan seksualitas tersebut kemudian ditujukan pada orang tua dengan jenis kelamin yang berbeda.
@ Pada fase inilah terjadi peristiwa yang dinamakan complex oediphus, yaitu:
- Kateksis seksual (emosi yang dihubungkan secara berarti dengan objek seksual) terhadap orang tersebut ua yang berlainan jenis kelamin serta kateksis permusuhan terhadap orang tua berjenis kelamin sama.
- Anak laki-laki ingin memiliki ibu dan mengusir ayah atau sebaliknya.
- Kompleks oediphus, kelak menjadi kekuatan vital kepribadian individu selama hidupnya, seperti sikap terhadap jenis kelamin lain dan tokoh pemegang otoritas.
@ Perbedaan kompleks oediphus pada laki dan perempuan menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (2000) adalah sebagai berikut:
- Pada awalnya sama-sama mencintai ibunya karena dari ibu segala kebutuhan terpenuhi, sedangkan ayah merupakan pesaing dalam memperebutkan cinta kasih ibu.
- Perasaan mencintai ibu dan memusuhi ayah pada anak laki-laki tetap selama hayatnya, sedangkan pada perempuan berubah.
- Pada anak laki-laki terjadi incet (relasi seksual antarlawan jenis yang sangat dekat ikatan darahnya) terhadap ibu dan kebencian terhadap ayah sehingga timbul konflik.
- Anak laki-laki mengkhayalkan ayah akan melukai organ genitalnya yang merupakan sumber kenikmatan, disertai ancaman dan suka memberi hukuman. Oleh karena itu, ketakutan kastrasi anak, menekan keinginan seksualnya terhadap ibu dan menekan rasa permusuhan dengan ayah.
- Akibatnya anak laki-laki akan mengidentifikasi dirinya dengan ayah dan memperoleh manfaat penting, yaitu: secara tidak langsung anak laki-laki mendapat pemuasan dorongan seksual terhadap ibu, dan pada saat yang sama rasa erotisnya yang membahayakan terhadap ibu, ditutupi dengan sikap penurut dan sayang terhadap ibu.
- Kompleks Oediphus pada laki mewariskan super ego sebagai barier terahadap incet dan agresi.
@ Berlawanan dengan anak laki-laki, objekcinta anak perempuan dialihkan kepada ayah.
@ Perubahan objek cinta tersebut sebagai reaksi terhadap kekecewaannya, ketika ia mengetahui bahwa anak laki-lakinya mempunyai alat kelamin yang menonjol, sedangkan dirinya tidak sehingga timbul iri hati terhadap pria yang disebut iri penis (penis envy). Keadaan yang dialami anak perempuan seperti pengebiran (kastrasi).
1) Anak perempuan beranggapan bahwa keadaan dirinya yang berbeda dengan laki-laki menjadi tanggung jawab ibu sehingga melemahkan kateksis (penanaman libido pada diri sendiri, pribadi lain, atau objek lain) terhadap ibu.
2) Anak perempuan mengalihkan cintanya kepada ayah karena ayah memiliki organ yang dia inginkan.
3) Perbedaan sifat kompleks oediphus serta kastrasi menjadi dasar perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan.
4) Menurut Freud setiap orang pada dasarnya biseksual, artinya tertarik jenis kelamin yang sama dan berlainan. Ketertarikan terhadap jenis kelamin yang sama ini menjadi dasar homoseksualitas, dan pada kebanyakan orang, impuls ini tetap laten. Sifat biseksual ini diperkuat pula bahwa pada laki-laki maupun perempuan memiliki kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon seks masing-masing.
Fase Laten
Fase laten berlangsung sekitar umur 5-12 atau 13 tahun. Laten artinya sama dengan terpendam dan tersembunyi. Pada fase ini impuls-impuls cenderung dalam keadaan terpendam atau tersembunyi. Akibat dari keadaan tersebut anak mudah untuk dididik dibandingkan fase pragenital (fase oral, anal dan falik) maupun pada fase pubertas dan genital.
Fase ini merupakan fase integritas karena anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial (misi pelatihan sekolah, hubungan kelompok sebaya, konsep nilai, moral dan etik serta hubungan dengan dunia dewasa).
Fase Pubertas
Fase pubertas berlangsung sekitar umur 3-20 tahun. Pada fase pubertas, impuls-impuls yang semula tenang, terpendam atau sembunyi (laten) menonjol kembali sehingga menimbulkan aktivitas dinamis lagi. Apabila hal ini dapat dipindahkan dan disublimasikan oleh dasich dengan berhasil individu memasuki fase kematangan terakhir yaitu fase genital.
Fase Genital
Pada fase falik atau genital awal, kateksis sifatnya narsistis, artinya individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang lain diinginkan hanya karena membagikan bentuk tambahan kenikmatan jasmaniah. Pada fase genital ini, narsistis diarahkan ke objek luar, yaitu dengan mencintai orang lain karena alasan altruitis (mementingkan orang lain) bukan semata-mata alasan narsistis.
Pada akhirnya fase genital, dorongan-dorongan yang altruitis dan telah disosialisasikan ini telah menjadi permanen dalam bentuk pemindahan objek, sublimasi, dan identifikasi. Perubahan terjadi dari hanya mengejar kenikmatan yang narsistif menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan dan realistis.
Fungsi biologis utama dan fase genital adalah reproduksi. Apa bila fase ini dilalui dengan aman, individu memasuki fase maturitas.
Erik Erikson (15 Juni 1902)
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari Freud. Di dalam teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erik Erikson, yaitu:
1) Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik
2) Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis
3) Adanya keteraturan yang sama antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
4) Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu
5) Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan makhluk sosial.
6) Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayatnya dibagi dalam 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada setiap fase.
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (2000) menyatakan bahwa Erik Erikson membagi perkembangan kepribadian individu menjadi delapan) tahap yang secara garis besar terbagi menjadi:
1) Empat tahap pertama terjadi pada fase bayi dan fase kanak-kanak
2) Tahap kelima terjadi pada fase remaja, yang memiliki arti sangat penting dalam teori Erikson. Pada fase ini terjadi peralihan dari fase kanak-kanak ke fase dewasa, dan apa yang terjadi pada fase remaja sangat menentukan terbentuknya kepribadian pada fase dewasa, yaitu; identitas, krisis identitas, dan kekacauan identitas.
3) Tiga tahap terakhir terjadi pada fase dewasa dan fase tua.
Perlu ditambahkan di sini bahwa:
1) Tiap tahap perkembangan individu tidak ditetapkan dengan jadwal kronologis yang ketat
2) Tiap tahap perkembangan individu memiliki jadwal waktunya sendiri sehingga apabila ditentukan secara pasti akan menyesatkan
3) Tiap tahap perkembangan individu sebagai kelanjutan tahap sebelumnya untuk menuju tahap berikutnya.
4) Tiap tahap perkembangan individu tidak dilewati atau dtinggalkan karena seluruh tahap perkembangan individu memiliki kontribusi dalam membentuk seluruh kepribadian individu.
Kepercayaan dasar Vs Ketidakpercayaa/Kecurigaan Dasar
Timbulnya kepercayaan dasar diawali dari tahap sensorik-oral, di tandai bayi dengan tidur tenang dan nyenyak, menyantap makanan dengan nikmat dan defekasi dengan mudah dan lancar.
Hal penting yang perlu dipaparkan pada fase ini, yaitu:
1) Timbulnya rasa aman pada diri anak yang terjadi akibat interaksi erat antara anak dan ibu
2) Dasar perkembangan rasa aman adalah pengaruh kuat hubungan ibu dan anak bukan kuantitas makanan atau bentuk kasih sayang yang berlebihan dari ibu kepada anak.
3) Dari rasa aman, tumbuh kepercayaan dasar terhadap dunia luar
4) Apabila hubungan ibu dan anak tidak berkualitas akan timbul rasa tidak aman dan selanjutnya tidak percaya terhadap dunia luar ataupun sesama manusia sehingga timbul kecurigaan dasar.
5) Apabila tidak memperoleh kepercayaan dasar akan timbul gangguan kepribadian skzofrenia
6) Apabila tidak memperoleh kepercayaan terhadap dunia luar akan mengalami kepribadian schizoid, yaitu hanya melihat dirinya sendiri (introvert) dan akan terjadi depresi apabila mendapatkan stres.
Kemandirian (Otonomi) vs Perasaan Malu dan Keragu-raguan
Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase anal menurut Freud:
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini, yaitu:
1) Individu mulai belajar menegakkan otonomi, namun belum dapat berpikir diskriminatif, membedakan) sehingga diperlukan adanya bimbingan.
2) Di satu sisi, lingkungan mengharapkan anak dapat mandiri, akan tetapi disisi lain ia mendapatkan perlindungan dengan maksud agar anak terhindar dari rasa malu dan ragu.
3) Anak secara berharap berusaha untuk belajar mengendalikan diri secara mandiri
4) Apabila berhasil tanpa kehilangan harga diri akan timbul rasa kebanggaan dan percaya diri.
5) Gangguan kepribadian akibat ketidakbersihan pada fase ini adalah anak memiliki kepribadian obsesif-kompulsif dan bila parah memiliki kepribadian paranoid.
Inisiatif vs Rasa Bersalah
Pada fase ini, anak sangat aktif dan banyak bergerak serta mulai mengembangkan kemampuan untuk hidup bermasyarakat.
Hal-hal penting yang perlu dipahami pada fase ini, yaitu:
1) Timbul inisiatif, yang ditandai anak sudah mulai merencanakan permainan bersama teman sebaya yang dilakukan dengan gembira
2) Adanya keseimbangan perkembangan fisik dan psikologis
3) Sudah tertanam norma masyarakat yang diajarkan oleh orang tua maupun lingkungannya.
4) Timbul rasa bersalah karena terjadi persaingan dengan orang tua sejenis. Terjadi setelah dipahaminya norma masyarakat.
5) Timbul kebencian kepada orang tua karena orang tua melakukan hal-hal yang semula dilarang dilakukan anak.
6) Sisa konflik yang dijumpai pada fase ini adalah reaksi histeris dan psikosomatik.
Berkarya vs Rendah Rendah Diri
Fase ini kurang lebih sejajar dengan fase laten menurut Freud. Anak mulai memasuki pendidikan formal. Anak berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini bahwa pada diri anak akan dijumpai:
1) Belajar menyelesaikan tugas yang diberikan guru atau orang lain.
2) Mulai timbul rasa tanggung jawab
3) Mulai senang belajar bersama
4) Timbul perasaan rendah diri apabila dirinya kurang mampu dibanding temannya.
Identitas vs Kekacauan Identitas
Fase ini sejajar dengan fase remaja menurut Freud:
Pada fase ini dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1) Berakhirnya fase kanak-kanak dan memasuki fase remaja.
2) Pertumbuhan fisik yang pesat dan mencapai taraf dewasa.
3) Orang tua sebagai figur identifikasi mulai luntur dan mencari figur identifikasi lain.
4) Mulai ragu terhadap nilai-nilai yang selama ini diyakini dan dianutnya
5) Sering terjadi konflik pada saat mencari identitas diri sehingga apa yang dialami pada fase anak muncul kembali
6) Dalam mencari identitas diri, anak sering mencoba berbagai macam peran untuk mencari peran yang cocok dengan dirinya.
7) Sikap coba-coba ini tidak jarang menjerumuskan remaja ke hal-hal negatif.
8) Kebingungan peran diri dapat menimbulkan kelainan perilaku, yaitu kenakalan remaja dan mungkin juga psikotik.
Keintiman vs Isolasi
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja.
Hal-hal penting pada fase ini, yaitu:
1) Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya
2) Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
Perhatian Terhadap Apa Yang Diturunkan vs Kemandekan.
Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam hidup.
Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
1) Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati keuntungan dari ketujuh tahap sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna
2) Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
3) Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
4) Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubahan siklus kehidupan, kondisi sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga kadang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bahwa ajal sudah dekat, ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
5) Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penyesuaian terhadap perubahan-perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka (kematian).
Sullivan (1992-1949)
Teorinya yang terkenal adalah ‘interpersonal theory of …..” Sullivan meninjau kepribadian dari kacamata tingkat-tingkat perkembangan tertentu dengan pandangan yang bersifat psikologi sosial. Dua hal penting yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu, yaitu faktor biologis dan sosial, namun faktor sosial lebih dominan. Sullivan tidak yakin bahwa terbentuknya kepribadian terjadi pada fase usia dini karena menurut pendapatnya, kepribadian dapat berubah pada setiap saat, apalagi timbul situasi-situasi antara pribadi baru, mengingat organisme manusia sangat fleksibel. Walaupun ada dorongan yang lebih kuat untuk belajar dan berkembang, akan tetapi regresi sering terjadi apabila cemas, merasa sakit, dan kegagalan.
Menurut Sullivan sebagaimana dikemukakan oleh Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (2000) bahwa perkembangan kepribadian individu melalui 6 tahap sebelum mencapai tahap maturitas (kematangan).
Tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangan pada setiap fase, sebagai berikut:
Fase Bayi
Fase ini berlangsung sejak bayi dilahirkan sampai dengan saat belajar berbicara. Organ utama untuk berinteraksi antara bayi dan lingkungan adalah oral. Lingkungan yang menjadi perhatian bayi adalah benda yang menyediakan makanan pada saat lapar, seperti puting susu ibu dan otot.
Ciri khas tahap ini, yaitu:
@ Pengembangan konsepsi tentang puting susu, yaitu puting susu baik, puting susu baik, tetapi tidak memuaskan, puting susu yang salah; dan puting susu buruk, diuraikan menjadi:
- Puting susu yang baik menandakan pemeliharaan dan mendatangkan kepuasan
- Puting susu yang baik, pada saat bayi tidak lapar, akan menimbulkan ketidakpuasan.
- Puting susu salah karena tidak mengeluarkan air susu ibu, menimbulkan penolakan dan perlu mencari alternatif pengganti.
- Puting susu yang buruk karena ibu cemas, merupakan tanda ibu menghindari anak.
@ Timbulnya rasa apatis dan pelepasan diri dengan cara mengantuk
@ Timbulnya personifikasi tentang ibu yang baik, buruk, cemas, menolak, menerima dan memberi kepuasan.
@ Timbulnya pengalaman belajar dan dasar pembentukan sistem konsep diri
@ Dapat membedakan tubuh bayi sendiri, mengisap ibu jari untuk melepaskan ketergantungan terhadap ibu.
@ Belajar melakukan gerak terkoordinasi, seperti tangan dan mulut tangan dan mata serta telinga dan suara.
@ Tugas perkembangan yang penting disini adalah terpenuhinya kebutuhan rasa aman sebagai dasar untuk mengembangkan kepercayaan yang bernilai.
Fase kanak-kanak
Fase ini ditandai dengan anak mulai dapat mengucapkan kata-kata hingga timbulnya kebutuhan terhadap kawan bermain.
Hal-hal yang penting diketahui yaitu:
1) Peralihan dari fase bayi ke fase anak-anak dipengaruhi oleh perkembangan bahasa yang memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang berbeda (mis. Ibu baik dan ibu buruk).
2) Timbulnya konsepsi tentang jenis kelamin, yaitu dengan mengidentifikasi diri sesuai jenis kelamin sesuai dengan peranan yang telah ditentukan masyarakat
3) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar berkomunikasi.
Fase Juvenil (Pueral)
Pada fase ini anak memasuki sekolah dasar
Hal-hal penting pada fase ini, antara lain:
1) Anak mulai belajar hidup bersama orang lain (sosial)
2) Anak mulai tunduk kepada otoritas di luar keluarga
3) Anak mulai belajar bersaing (berkompetensi) dan bekerja sama (kooperatif) dengan teman sebaya
4) Timbul perilaku mengisolasi diri dari pergaulan.
5) Timbul perasaan penghinaan dan perasaan kelompok
6) Mengabaikan keadaan luar yang tidak menarik perhatian.
7) Menjaga perilaku dan kontrol dari dalam
8) Membentuk stereotype dalam sikap
9) Mengembangkan cara sublimasi baru yang lebih efektif.
10) Membedakan antara khayalan dan kenyataan
11) Peristiwa penting pada fase juvenile adalah timbulnya konsepsi tentang orientasi hidup.
12) Tugas perkembangan yang penting adalah mengembangkan body image dan self perception.
Fase Remaja
Fase ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerjasama, tindakan timbal balik sehingga tidak kesepian. Fase ini merupakan fase yang sangat penting karena menandakan awal hubungan manusiawi sejati dengan orang lain.
Tugas perkembangan terpenting pada fase ini adalah belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara competition, compromise dan cooperatif.
Fase Remaja Awal
Fase ini berawal dari berakhirnya fase praremaja sampai individu menemukan suatu pola perbuatan stabil yang memuaskan dorongan-dorongan genitaliya.
Hal-hal penting yang perlu diketahui pada fase ini, yaitu:
1) Tantangan utama yang dihadapi adalah mengembangkan pola aktivitas heteroseksual.
2) Terdapat perubahan fisiologis, antara lain perasaan birahi pertama menyangkut daerah genital dan daerah lain, seperti tangan dan mulut
3) Terdapat pemisahan kebutuhan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan sasaran jenis kelamin yang sama.
4) Apabila kebutuhan erotik dan keintiman sejak dini tidak terpisahkan akan terjadi penampilan homoseksual bukan heterosekssual.
5) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.
Fase Remaja Akhir
Pada fase ini sudah mulai terpolakan aktivitas seksual melalui langkah pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang sesuai dengan kesempatan yang ada. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, dan tanggung jawab kehidupan sebagai warga masyarakat dan warga negara.
Tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intellectually, dan emotionally self sufficient. Setelah individu melewati enam fase perkembangan kepribadian, ia mencapai taraf kedewasaan, yaitu menjadi pribadi manusia yang matang dan setelah itu memasuki usia lanjut.
Fase Dewasa
Pada fase ini, tugas perkembangannya adalah belajar untuk saling ketergantungan dan tanggung jawab terhadap orang lain. Namun, pada fase usia lanjut (di atas 60 tahun) tugas perkembangan adalah menyadari sebagai individu lansia dan menerima arti kehidupan dan kematian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perkembangan perilaku anak-anak, dapat dipelajari melalui perkembangan kepribadian karena perkembangan kepribadian individu tidak terlepas dari tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan adalah perkembangan jiwa pada anak sangat penting diketahui khususnya bagi perawat agar dalam menjalankan tugasnya dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Zakiah Darajat. 1982. Perawatan Jiwa Pada Anak. NV. Bulan Bintang : Bandung
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar disini walaupun hanya "Hay". Kami akan menghargai komentar anda. Anda berkomentar saya akan berkunjung balik