Home » » IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK DINI USIA (PADU) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK DINI USIA (PADU) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA

Written By haris on Monday, October 4, 2010 | 2:53 PM

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANAK DINI USIA (PADU) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
 SUMBER DAYA MANUSIA
 (Studi di Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang)


PENDAHULUAN
Anak adalah investasi sekaligus potensi dimasa mendatang. Para ahli teori perkembangan sependapat bahwa usia masa dini merupakan The Golden Age (masa emas) yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang dalam kehidupan seseorang.
 Hasil penelitian di Baylor College of Medicine menemukan bahwa apabila anak jarang memperoleh rangsangan pendidikan, maka perkembangan otaknya lebih kecil 20 – 30 % dari ukuran normal anak seusianya (fasli jalal, kompas 13 Juni 2002). Hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian lainnya yang membuktikan bahwa perkembangan yang terjadi di masa awal cenderung permanen dan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, sehingga pendidikan dini menjadi sangat penting. Oleh karenanya menyiapkan “Sumber Daya Manusia (SDM) unggul” harus dimulai sejak masa tersebut, bahkan sejak dalam kandungan. Negara maju dalam membangun sumber daya manusianya dimulai sejak dini.
Forum pendidikan dunia th 2003 di Dakar, Sinegal sebagai pertemuan dunia internasional telah memasukkan Pendidikan Anak Dini Usia (PADU)  sebagai salah satu kesepakatan yang harus dilakukan. Indonesia yang menjadi salah satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan  komitmen tersebut.
      Pentingnya intervensi tersebut dilandasi oleh salah satu asumsi khususnya dikalangan pendidikan adalah “kualitas anak yang yang masuk proses pendidikan akan mempengaruhi proses belajar selanjutnya”. Rendahnya kualitas pendidikan berdampak pada kualitas input pada jenjang tertentu. Dapat ditengarai bahwa komitmen kita masih cukup rendah terhadap keberadaan anak usia dini dan ini terbukti masih banyaknya anak usia dini yang belum tertampung di sekolah Taman Kanak-Kanak.
Saat ini pendidikan bagi anak dini usia bukan lagi merupakan wacana, melainkan sudah menjadi kebutuhan yang mendesak untuk segera direalisasikan. Hasil penelitian di bidang Neurologi meyakinkan kita bahwa betapa ruginya bila “masa usia emas” anak (terutama usia 4 tahun ke bawah) tidak mendapatkan rangsangan fisik (gizi dan kesehatan) serta rangsangan intelektual (pendidikan) yang memadai.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini, adalah :
    1. Bagaimana  Implementasi Program Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) sebagai  upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia ?
    2. Apa sajakah faktor penunjang dan penghambat Implementasi Program  Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) di Kelurahan Tlogowaru Kec. Kedungkandang Kota Malang  dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia ?

Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan  Implementasi Program Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) dalam upaya meningkatykan kualitas sumber daya manusia
    1. Untuk mendiskripsikan faktor-faktor apa sajakah yang dpat menunjang dan menghambat  Implementasi Program  Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) di Kelurahan Tlogowaru Kec. Kedungkandang  Kota Malang ?
Manfaat  Penelitian
1.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana tentangarti pentingnya pendidikan anak sejak dini, dengan harapan terwujud penungkatan kualitas sumber daya manusia dan tercapainya tarak kesejahteraan dasar anak yaitu pemenuhan kebutuhan fisik dan pengajaran/pendidikan sejak dini.
2.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para pengambil kebijakan, terutama departemen yang terkait seperti Diknas, Kesra  sebagai langkah untuk melakukan evaluasi dalam menentukan arah dan kebijakan pendidikan nasional dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dan upaya mencapai kesejahteraan anak.
Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi  Kelurahan Sumbersari  Kota Malang . Adapun pertimbangan dipilihnya lokasi ini sebagai wilayah penelitian mengingat bahwa  di kelurahan dijadikan Kelurahan GERDU TASKIN yang memang membutuhkan perintisan program PADU

2. Populasi dan Sampel
            Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga yang ada di wilayah Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang yang mempunyai anak usia 1-4 tahun dan mengikuti program padu. . Ditetapkannya usia ini dengan pertimbangan bahwa pendidikan anak dini usia diberikan pada saat anak belum memasuki TK, sehingga usia tersebut sudah bisa diberikan pelayanan dan pendidikan melalui PADU.  Adapun tehnik pengambilan sampelnya dilakukan secara total sampling yaitu tehnik pengambilan sampel dengan cara mengambil seluruh populasi sebagai obyek penelitian. 

3. Tehnik Pengumpulan dan Analisa Data
Tehnik pengumpulan data yang  dipergunakan dalam penelitian meliputi : Wawancara mendalam (Indepth Interview), Pengamatan (Observasi) dan Dokumentasi. Adapun tehnik analisa data mempergunakan pendekatan mixing method, yaitu tehnik analisa data yang mempergunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data-data yang berhubungan dengan implementasi dalam bentuk kurun waktu pelaksanaan, fluktuasi kehadiran peserta serta perkembangan hasil pendidikan selama kurun waktu 6 bulan disajikan melalui pendekatan kuantitatif, sedangkan data-data yang tidak mungkin dilakukan dalam bentuk penyejian data seperti di atas dipergunakan tehnik pendekatan kualitatif.
KAJIAN PUSTAKA

 

A. Kondisi Sumber Daya Manusia Indnesia
Bangsa Indonesia dewasa ini menghadapi tiga tantangan besar, yaitu dampak krisis multi dimensi yang belum kunjung tuntas, globalisasi di segala aspek kehidupan dan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Tantangan yang harus dijawab, diantaranya sangat dibutuhkan adanya ketersediaan sumberdaya manusia yang sanggup menghadapi tantangan yang ada. Pengembangan sumberdaya manusia dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, yang antara lain ditandai oleh semakin meningkatnya mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia.
Berdasarkan hasil studi “kemampuan membaca” siswa tingkat SD yang dilaksanakan oleh International Educational Achievement (IEA) diketahui bahwa  siswa SD di Indonesia berada di urutan ke 38 dari 39 negara. Hasil penelitian  The Third International Matematics and Science Study Repeat tahun 1999, kemampuan siswa Indonesia dibanding IPA berada diurutan ke 32 dari 39 negara yang diteliti dan di bidang matematika berada di urutan ke 34 dari 38 negara yang diteliti. Rendahnya kualitas hasil pendidikan juga berdampak terhadap rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Selanjutnya menurut laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI) pada tahun 2001 Indonesia menempati urutan ke  102 dari 162 negara yang diteliti, jauh berada di bawah negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Brunei Darusalam, yang berada di peringkat 40-an, bahkan pada tahun 2002 peringkat itu menurun lagi menjadi peringkat ke 110 dari 173 negara (Fasli Jalal:2002).
Rendahnya kualitas pendidikan tersebut antaralain dipengaruhi oleh inputnya, terutama calon siswa sebagai raw input (masukan). Rendahnya kualitas calon siswa didasarkan pada suatu kenyataan  bahwa selama ini perhatian terhadap pendidikan anak dini usia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Belajar dari pengalaman negara maju, konsep pembangunan sumberdaya manusia  telah dilakukan sejak masa dini usia. Pengembangan anak dini usia yang mencakup aspek gizi, kesehatan dan psikososial (pendidikan) telah dilakukan secara intensif dan utuh sejak anak dilahirkan. Seperti di Singapura dan Korea Selatan, hampir seluruh anak  dini usia telah terlayani PADU. Di Malaysia pelayanan PADU telah mencapai 70% dari jumlah anak yang ada. Bahkan di Singapura masalah penuntasan dua bahasa, yaitu Bahasa Mandarin dan Bahasa Inggris, telah terselesaikan di tingkat kindergarten (taman kanak-kanak). Sedangkan di Indonesia penanganan anak dini usia  masih terfokus pada upaya perbaikan gizi dan kesehatan dasar  untuk survival (kelangsungan hidup) padahal apalah artinya jika ternyata kemampuan dasar psikososialnya rendah dan justru nantinya akan menjadi beban orang lain, artinya ketiga pilar pengembangan anak dini usia tersebut haruslah dipandang sama pentingnya  sebagai satu kesatuan intervensi yang perlu dilakukan secara terpadu dan utuh.
Secara konseptual, pembangunan kualitas sumberdaya manusia harus mencakup semua dimensi baik fisik maupun non fisik tersebut secara totalitas. Segenap potensi jasmani dan rohani manusia bisa berkembang secara sempurna dan dapat didayagunakan  untuk melakukan berbagai kegiatan  dalam rangka mencapai tujuan hidup. Kualitas hidup fisik dicerminkan dalam derajat kesehatan yang prima, sedangkan kualitas akal dicerminkan oleh daya fikir atau kecerdasan intelrktual yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan. Kualitas kalbu diukur dengan derajat keimanan dan ketaqwaan,kejujuran, budi pekerti, moral dan akhlak. Kualitas akal dan kalbu secara bersama-sama melahirkan daya dzikir dan kesadaran diri yang mendalam akan hakekat manusia sehingga melahirkan emogensi atau kecerdasan emosional (emotional intellegence) yang berkualitas.

 

B. Kesejahteraan Anak


            Suatu  bangsa dalam membangun dan mengurus rumah tangganya harus mampu membentuk dan membina tata penghidupan serta kepribadiannya. Usaha ini  merupakan suatu usaha yang terus menerus dari generasi ke generasi.         
            Untuk menjamin usaha tersebut, perlu setiap generasi dibekali oleh generasi yang terdahulu dengan kehendak, kesediaan dan kemampuan serta ketrampilan untuk melaksanakan tugas tersebut. Hal ini hanya kan tercapai bila genarasi muda selaku generasi  penerus mempu memiliki dan menghayati falsafah hidup bangsa.
            Sehubungan dengan itu perlu diusahatakan agar generasi muda memiliki pola perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Guna mencapai maksud tersebut diperlukan usaha-usaha pembinaan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan anak.
            Bagi bangsa Indonesia Pancasila merupakan pandangan hidup dan dasar tata masyarakat.  Karena itu, usaha- usaha untuk memelihara, membina, dan meningkatkan kesejahteraan anak haruslah didasarkan falsafah Pancasila dengan maksud untuk menjamin kelangsungan hidup dan kepribadian bangsa.
            Oleh karena anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, maka menjadi kewajiban bagi generasi yang terdahulu untuk menjamin, memelihara, dan mengamankan kepentingan anak itu. Pemeliharaan, jaminan dan pengamanan kepentingan ini selayaknya dilakukan oleh pihak- pihak yang mengasuhnya di bawah pengawasan dan bimbingan Negara, dan bilamana perlu, oleh Negara sendiri. Karena kewajiban inilah, maka yang bertanggung jawab atas asuhan anak wajib pula melindunginya dari gangguan- gangguan yang datang dari luar maupun dari anak itu sendiri.
            Asuhan anak, pertama- tama dan terutama menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua di lingkungan keluarga;  akan tetapi, demi untuk kepentingan kelangsungan tata sosial maupun untuk kepentingan anak itu sendiri, perlu ada pihak yang melindunginya.
            Apabila orang tua anak itu sudah tidak ada, tidak diketahui adanya, atau nyata- nyata tidak mampu untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, maka dapatlah pihak lain, baik karena kehendak sendiri maupun karena ketentuan hukum, diserahi hak dan kewajiban itu.
            Bilamana memang tidak ada pihak- pihak yang dapat melaksanakannya maka pelaksanaan hak dan kewajiban itu menjadi tanggung jawab Negara.
Dalam pasal 2 Undang- Undang tentang Kesejahteraan Anak dijelaskan bahwa:
(1)    Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.
(2)    Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.
(3)    Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.
(4)    Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar.
Selanjutnya dalam pasal 11 Undang- Undang tentang Kesejahteraan Anak
dijelaskan bahwa:
(1)   Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan, dan rehabilitasi.
(2)   Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat.
(3)   Usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar Panti.
(4)   Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat.
(5)   Pelaksanaan usaha kesejahteraan anak sebagai termaktub dalam ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

C. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan  kepada anak sejak dini usia yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan  jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikutnya.
Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang diperoleh pada masa udia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktivitas kerja di masa dewasa nantinya. Para ahli perkembangan menyebut usia dini sebagai “The Golden Age” (masa emas).
Dari aspek pendidikan, stimulasi dini sangat diperlukan guna memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan anak, yang mencakup :
·         Penanaman nilai-nilai dasar (budi pekerti dan agama)
·         Pembentukan sikap (disiplin dan kemandirian)
·         Pengembangan kemampuan dasar (berbahasa, motorik, kognitif dan sosial)

Arti pentingnya pendidikan dini telah menjadi perhatian Internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dini tahun 2000 di Dakar-Sinegal, menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakar Framework for Action Education for All), yang salah satu butirnya menyatakan : “memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung”.
Layanan pendidikan dini usia di Indonesia masih tergolong eksklusif. Pelayanan pendidikan dini pada anak usia 4-6 tahun baru menjangkau sekitar 17% dan untuk anak di bawah usia  3 tahun masih kurang dari 1%. Padahal di negara lain sepeeti Singapura penanganan pendidikan dini telah dilakukan secara intensif sejak anak masih bayi hingga siap memasuki sekolah. Mereka ini dikelompokkan menurut usia , yaitu Toddler (0-2 tahun), Nursey (2-3tahun), Play Group (3-4 tahun dan Kindergarten (4-6 tahun).
Menyadari akan pentingnya pendidikan dini usia bagi setiap anak, maka melalui Kepmendiknas Nomor : 051/O/2001 tanggal 19 April 2001, dibentuklah Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) di bawah Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Departemen Pendidikan Nasional.
Dengan Visinya : mewujudkan anak dini usia yang sehat, cerdas dan ceria. sedangkand Misi Pendidikan Anak Usia Dini adalah (1) mengupayakan pemerataan pelayanan, peningkatan mutu dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dini dan (2) mengupayakan peningkatan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan anak dini usia.
Adapun tujuan dari PADU adalah memberikan pembinaan terhadap upaya pelayanan (penyelenggaraan) pendidikan anak dini usia yang dilaksanakan melalui Penitipan anak, Kelompok bermain, dan atau satuan PADU sejenis lainnya, agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tahap tumbuh-kembang dan potensi masing-masing anak.

C. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Berdasarkan kajian neurologi dan psikologi perkembangan, kualitas anak dini usia disamping dipengaruhi oleh faktor bawaab (nature) juga sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan psikososial yang diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena faktor bawaan harus kita terima apa adanya, maka faktor lingkunganlah yang harus direkayasa. Kita harus mengupayakannya semaksimal mungkin agar kekurangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan tersebut dapat kita perbaiki.
Pentingnya pendidikan bagi anak dini usia didasarkan adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa masa dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Berdasarkan kajian Neurologi  pada saat lahir otak bayi mengandung sekitar 100 milyar neuron yang  siap melakukan sambungan  antar sel.
Dalam kajian lain diungkapkan bahwa perkembangan kecerdasan anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berusia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika anak berumur 8 tahun dan mencapai titik kulminasi ketika seseorang berumur 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan selanjutnya perkembangan otak akan mengalami stagnasi. Kapabilitas kecerdasan dapat diibaratkan sebagai “processor” sebuah komputer yang berfungsi memproses data  menyimpan data dan informasi. Jika sebuah komputer prosesornya canggih, maka kemampuan memproses data akan lebih cepat dan kemampuan memorinya pun lebih tinggi. Demikian pula otak anak, nantinya akan menghadapi tantangan yang lebih berat dari yang sekarang kita hadapi, sehingga mereka memerlukan kapabilitas kecerdasan yang lebih tinggi pula. Itulah sebabnya masa ini dinamakan masa emas perkembangan, karena setelah masa perkembangan ini lewat, berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan mengalami peningkatan lagi.
Fungsi pendidikan bagi anak dini usia tidak hanya sekedar untuk memberikan berbagai pengalaman pembelajaran seperti pendidikan pada orang dewasa, tetapi juga berfungsi mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasannya,

D. Permasalahan Pengembangan Anak Dini Usia di Indonesia
Pencapaian program pengembangan anak dini usia masih sangat rendah. Salah satu indikatornya adalah masih rendahnya tingkat partisipasi pendidikan prasekolah di Indonesia, seperti yang terungkap dari piramida pendidikan yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 1999/2000 dimana 9,2 anak usia 5-6 tahun di Indonesia baru sekitar 1,5 juta anak saja yang mengikuti pendidikan  prasekolah di Taman Kanak-Kanak atau hanya sekitar 16,3% saja. Rendahnya angka partisipasi anak  dini usia untuk memasuki pendidikan prasekolah juga dipengaruhi oleh terbatas dan tidak meratanya penyebaran sarana pendidikan prasekolah, dimana di perkotaan pertumbuhannya  lebih pesat dibandingkan dengan di pedesaan. Dari total populasi anak usia 0-6 tahun sekitar 10-30% anak mengalami hambatan  tumbuh kembang meliputi kemampuan verbal, mental, intelektual, psokomotorik.

PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
A. Diskripsi Wilayah Penelitian
            Kelurahan Tlogowaru  Kecamatan Kedungkandang Kota Malang merupakan salah satu wilayah kelurahan yang tergolong baru sebelumnya merupakan desa yang secara geografis menjadi wilayah Kabupaten Malang, karena perluasan wilayah Kota Malang maka menjadi Kelurahan dan menjadi bagian dari Kecamatan Kedungkandang.
            Secara geografis Kelurahan memiliki luas wilayah 450.666 Ha yang  berada di ketinggian 450 M  di atas permukaan laut dengan banyaknya curah hujan 2.000 mm/th, dengan topografi Dataran tinggi yang memiliki suhu udara rata-rata 24,4 Celsius. Dengan batas-batas kelurahan sebagai berikut:
Batas wilayah utara     : Kelurahan Wonokoyo
Batas wilayah Timur   : Desa Sumbersuko
Batas wilayah Selatan : Desa Tangkilsari, dan
Batas wilayah Barat    : Kelurahan Arjowinangun
Saat ini Kelurahan tersebut dipimpin oleh Kepala Kelurahan  H. Moh. Badrus Sholeh,SE, dengan jumlah warga (penduduk)  4.210 Orang.
            Adapun orbitasi (jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan) 4 Km, jarak dari Ibu kota Kabupaten/Kota Malang 8 Km dan Jarak dari Ibu Kota Propensi Dati I 98 Km. Berikut disajikan data tentang status pertanahan yang ada di wilayah Kelurahan Tlogowaru Kec. Kedungkandang  Kota Malang.

B. Analisa Data

1. Implementasi Program Padu
            Program Padu di wilayah Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang ini merupakan rintisan program PADU yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Nasional Propensi Jawa Tmur tahun 2003 yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Universitas Muhamamdiyah Malang. Dengan tujuan untuk merintis program PADU guna membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik anak dini usia termasuk potensi intelektualitasnya, emosi, moral dan agama secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratif dan kompetitif do Kelurahan Tlogowaru ini.
            Dengan tujuan yang telah ditetapkan ini diharapkan dapat memperoleh manfaat kegiatan sebagai berikut :
·         Membantu penyiapan dan pengembangan potensi Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang untuk selanjutnya merintis program PADU ini secara berkelanjutan
·         Meningkatkan Kualitas SDM melalui pendidikan sejak dini usia.

Metode Pelaksanaan Program
Sasaran Kegiatan
            Program PADU di Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang  merupakan program kerjasama antara Diknas dan Lembaga Penelitian Univ. Muhammadiyah  Malang  dengan sasaran;
  1. Anak dini usia (0-6tahun) yang belum mendpat pelayanan pendidikan dini usia (TK) sebanyak 30 anak.
  2. Orang tua yang memilki anak usia dini
  3. Oragnisasi sosial kemasyarakatan, sehingga mampunyai kontribusi positif  terhadap keberlangsungan progra perintisan PADU.

Bentuk Kegiatan

            Adapun bentuk kegiatan perintisan program PADU di Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang ini adalah dalam bentuk Kelompok Bermain

Tempat dan Waktu Kegiatan

            Tempat pelaksanaan kegiatan program PADU (kelompok bermain) di  Balai Kelurahan  dengan waktu pelaksanaan kegiatan PADU dimulai pada Januari sampai dengan Juni 2004 (selama 6 bulan). Dalam satu minggu dilakukan 2 X pertemuan masing-masing selama 2 jam. Pada hari Sabtu dan Minggu pada jam 09.00 – 11.00. Kegiatan dipandu oleh seorang Tutor. Selama proses kegiatan berlangsung dilakukan monitoring oleh pelaksana (setiap bulan 2X). Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan dan sekaligus memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk memaksimalkan kreativitas tutor dalam menggali potensi dan kemampuan masing-masing anak  peserta PADU.
Kegiatan PADU
            Kegiatan PADU dilaksanakan setiap satu minggu 2X pada hari Sabtu dan Minggi pagi  selama 2 jam, dimulai pada jam 09.00 – 11.00 WIB. Bertempat di Balai Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Jawa Timur, dengan dibimbing oleh seorang Tutor : Ibu Khusnuk Kholidah yang telah mendapatkan pelatihan Tutor di Jawa Timur, sehingga yang bersangkutan secara administrasi dan akademis telah memiliki kapabilitas dan profesionalitas dalam pengelolaan program PADU (melalui Kelompok Bermain). Dengan kemampuan tutor tersebut telah mampu menciptakan kreasi yang beragam dalam memainkan Alat Permainan Edukatif (APE) yang ada.
            Adapun materi kegiatan dan penilaian  perintisan program PADU tersebut, meliputi :
  1. Keimanan dan Ketaqwaan
  2. Budi Pekerti
  3. Sosial dan Emosional
  4. Disiplin
  5. Kemampuan berbahasa
  6. Daya Pikir
  7. Ketrampilan dan Seni
  8. Kesehatan Jasmani

4. Sarana dan Prasarana yang menunjang pelaksanaan program PADU
            Dalam rangka menunjang terselenggaranya  kegiatan PADU di Kel. Tlogowaru tersebut dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai yang dapat mengakses segela kebutuhan, yang meliputi : alat tulis, buku modul, buku penunjang (seperti : buku kehadiran siswa, buku perkembangan siswa, buku supervisi dan monitoring) serta Alat Permainan Edukatif (APE), Pemberian Makanan Tambahan (PMT) disediakan oleh Penyelenggara dalam hal ini tim dari Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang, sedangkan prasarana pembelajaran yang meliputi Gedung (tempat dilakukannya kegiatan tersebut), kursi, papan tulis, penerangan  disediakan oleh Pelaksana (dalam hal ini Panitia Kelurahan setempat).

Hasil Perkembangan Kegiatan PADU selama 6 bulan (Januari – Juni 2004)
            Seperti layaknya program pendidikan lainnya, program PADU yang dilaksanakan di Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang tersebut perkembangan anak didik dari waktu ke waktu direkam, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan dan daya fikir peserta program dalam menyerap materi yang telah diberikan, sebagai bekal nantinya untuk memasuki dunia pendidikan selanjutnya, dengan harapan anak sudah siap untuk memasuki dunia pendidikan formal, anak tidak lagi cengeng, dan manja. Diharapkan anak dapat mandiri dan mampu bersaing baik secara Intelegensi maupun Emosional dengan teman sebayanya nanti, dengan upaya ini peningkatan sumber daya manusia sejak dini akan dapat tercapai.
            Adapun hasil perkembangan studi peserta program PADU dapat disajikan pada tabel berikut ini :

































TABEL. II
DATA TENTANG PERKEMBANGAN HASIL
PELAKSANAAN PROGRAM PADU UNTUK KATEGORI BAIK


NO.

ASPEK

JAN.

PEB.

MAR.

APRIL

MEI

JUNI

1.

1.

18%

41,10%

65,39%

42,12%

60,95%

66,07%
2.
2.
53,3%
33,33%
69,23%
47,79%
62,86%
91,66%
3.
3.
13,3%
0 %
7,69%
3,52%
4,76%
6,57%
4.
4.
29,03%
6,49%
19,24%
10,95%
9,61%
32%
5.
5.
16,07%
11,69%
7,69%
6,86%
10,52%
0 %
6.
6.
34,48%
53,33%
56,92%
50,67%
51,89%
90,20%
7.
7.
36,67%
31,08%
23,08%
17,56%
39,42%
24,49%
8.
8.
58,63%
54,05%
65,05%
64,92%
72,59%
94 %
Sumber : Hasil Analisa Data


Keterangan :
Aspek    1        : Keimanan dan Ketaqwaan
Aspek    2        : Budi Pekerti
Aspek    3        : Sosial dan Emosional
Aspek    4        : Disiplin
Aspek    5        : Kemampuan Berbahasa
Aspek    6        : Daya Pikir
Aspek    7        : Ketrampilan dan Seni
Aspek    8        : Kesehatan Jasmani

            Berdasarkan tabel XIX tersebut di atas dapatkita ketahui perkembangan masing-masing aspek   mengalami kenaikan, scor nilai kenaikan mutlak perkembangan setiap bulannya ada pada aspek Kesehatan Jasmani mencapai (94%), walaupun orientasi PADU tersebut bukan kesehatan jasmani, namun dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan para orang tua untuk selalu memperhatikan penampilan anaknya secara fisik, terutama saat mengikuti program PADU tersebut, sedangkan  urutan berikutnya aspek budi pekerti (91,66%) dan aspek ketiga  adalah daya pikir (90,20%). Sedangakan kemampuan berbahasa (aspek ke-5) mengalami penurunan drastis, ini disebabkan karena bahasa yang dipergunakan dalam pembicaraan sehari-hari bahasa Jawa dan bahasa Madura.
Selanjutnya untuk kategori Cukup akan disampaikan dalam tabel berikut ini;

TABEL. III
DATA TENTANG PERKEMBANGAN HASIL
PELAKSANAAN PROGRAM PADU UNTUK KATEGORI  CUKUP


NO.

ASPEK

JAN.

PEB.

MAR.

APRIL

MEI

JUNI

1.

1.

16%

31,50%

15,38%

41,35%

27,62%

26,78%
2.
2.
30%
40%
11,54%
44,13%
32,38%
6,39%
3.
3.
60%
45,33%
46,15%
30,28%
35,24%
33,33%
4.
4.
19,35%
20,78%
23,08%
24,82%
26,25%
24  %
5.
5.
0 %
0 %
0 %
0,57%
3,16%
18,60%
6.
6.
34,48%
22,67%
23,08%
31,76%
41,50%
9,80%
7.
7.
16,7%
58,11%
38,46%
51,14%
37,5%
53,06%
8.
8.
34,48%
10,81%
20,77%
26,12%
19,25%
2 %
Sumber : Hasil Analisa Data


Keterangan :
Aspek    1        : Keimanan dan Ketaqwaan
Aspek    2        : Budi Pekerti
Aspek    3        : Sosial dan Emosional
Aspek    4        : Disiplin
Aspek    5        : Kemampuan Berbahasa
Aspek    6        : Daya Pikir
Aspek    7        : Ketrampilan dan Seni
Aspek    8        : Kesehatan Jasmani

                        Dari beberapa aspek yang ada yang mengalami perkembangan cukup tajam adalah aspek ketrampilan dan seni (53,06%). Ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan di PADU setiap seminggu dua kali tersebut telah dapat memberikan ketrampilan dan seni  pada anak-anak, dalam hal ini termasuk ketrampilan dan seni dalam memainkan Alat Permainan Edukatif (APE) yangtelah tersedia.







TABEL. IV
DATA TENTANG PERKEMBANGAN HASIL
PELAKSANAAN PROGRAM PADU UNTUK KATEGORI  KURANG


NO.

ASPEK

JAN.

PEB.

MAR.

APRIL

MEI

JUNI

1.

1.

56 %

27,4%

19,23%

10,53%

11,43%

7,15%
2.
2.
16,7%
26,67%
19,23%
8,08%
4,76%
5 %
3.
3.
26,7%
54,67%
46,16%
66,20%
60 %
60 %
4.
4.
51,62%
73,73%
23,08%
56,93%
65,39%
44 %
5.
5.
83,3%
88,31%
92,31%
92,57%
86,32%
81,4%
6.
6.
31,3%
24 %
20 %
17,57%
6,61%
0 %
7.
7.
46,66%
10,81%
38,46%
0,95%
23,07%
22,45%
8.
8.
6,89%
6,76%
13,85%
8,96%
8,16%
4 %
Sumber : Hasil Analisa Data


Keterangan :
Aspek    1        : Keimanan dan Ketaqwaan
Aspek    2        : Budi Pekerti
Aspek    3        : Sosial dan Emosional
Aspek    4        : Disiplin
Aspek    5        : Kemampuan Berbahasa
Aspek    6        : Daya Pikir
Aspek    7        : Ketrampilan dan Seni
Aspek    8        : Kesehatan Jasmani

            Berdasarkan data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa semua aspek yang dinilai mulai aspek 1 sampai dengan aspek 8 mengalami penurunan prosentase. Ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Urutan penurunan yang paling tinggi ada pada aspek ke-6, yaitu daya pikir. Ini maksudnya bahwa anak-anak peserta program yang sebelumnya daya pikirnya kurang di bulan pertama Januari mencapai 31,3%, bulan berikutnya Pebruari turun lagi 24,4%, bulan berikutnya Maret turun lagi 20%, bulan April turun lagi 17,57%, bulan selanjutnya Mei turun lagi 6,61% dan bulan Juni mengalami penurunan kembali mencapai angka terendah 0%. Fenomena ini merupakan suatu keberhasilan yang cukup menggembirakan.



2. Faktor Penunjang dan Penghambat Program PADU
            Berdasarkan hasil  laporan kegiatan program PADU di Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang Kota Malang, dalam pelaksanaan program PADU ini terdapat beberapa faktor baik yang menunjang maupun menghambat pelaksanaan program. 
Adapun faktor-faktor yang menunjang pelaksanaan program ini , adalah sebagai berikut:
·         Adanya respon positif dan cukup tinggi dari aparat setempat, terutama Bapak dan Ibu Kepala Desa, hal ini memudahkan bagi penyelenggara skaligus petugas pelaksana di lapangan untuk menjalankan tugasnya, mengingat program tersebut mendapatkan persetujuan dari pimpinan setempat, terutama berkaitan dengan penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana kelurahan setempat.
·         Tersedianya tutor yang telah mendapatkan pelatihan di tingkat Jawa Timur, sehingga secara kredibilitas dan profesionalitas tidak diragukan lagi.
·         Adanya motivasi yang cukup tinggi dari masyarakat setempat, terbukti bahwa setiap pelaksanaan program selalu hadir kecuali anaknya sakit (data presensi kehadiran terlampir), bahkan adanya program PADU di wilayah tersebut sudah terdengan oleh masyarakat di luar kelurahan tersebut, dan ada warga di luar kelurahan tersebut yang ingin mengikuti program tersebut, namun karena sudah ditengah perjalanan, maka disarankan untuk mengikutinya dalam tahun ajaran baru mendatang.
·         Adanya kesadaran akan pentingnya Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) sebelum anak memasuki dunia pendidikan formal, dari hasil wawancara dengan orang tua peserta program diperoleh data dengan keikutsertaan anaknya dalam program ini anaknya bertambah berani  dengan orang asing (dulunya takut sekali jika bertemu dengan orang yang tidak dikenalnya) dan pinter (bisa berhitung, bisa menyebutkan warna-warna, bentuk bangun dan ukuran dari yang kecil sampai yang bersar sesuai dengan Alat Permainan Edukatif (APE) yang dimainkannya dengan baik dan benar.
·         Tersedianya materi pembelajaran dan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sudah dipersiapkan oleh penyelenggara, sehingga memudahkan pelaksanaan program di lapangan.

Faktor-faktor penghambat dan Pemecahannya
            Dari  hasil temuan di lapangan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan PADU bukanlah masalah yang prinsip, melainkan masalah yang bersifat tehnis semata. Menyadari akan masalah yang ada,  tutor telah berusaha semaksimal mungkin melalukan usaha pemecahannya, demi kelancaran dan eksisnya pelaksanaan program tersebut, namun bagaimanapun juga dalam waktu mendatang faktor penghambat  yang ada dapat segera diatasi  dan dicarikan solusinya secara tepat dan cepat.
Adapun faktor penghambat pelaksanaan program PADU dpat dilihat pada tabel berikut ini.


TABEL. V
DATA TENTANG FAKTOR PENGHAMBAT DAN PEMECAHANNYA
NO.

FAKTOR PENGHAMBAT

PEMECAHANNYA

1.

Ketergantungan Anak terhadap Orang tua
(ketakutan untuk ditinggal oleh orang tuanya)

Dicoba secara perlahan-lahan dengan cara orang tua menunggu di luar ruangan

2.

Kurangnya   variasi dan jumlah  Alat Permainan Edukatif (APE)

Perlu adanya penambahan APE dimasa mendatang. Apalagi jika jumlah anak peserta program semakin bertambah kuantitasnya

3.

Kurangnya sarana belajar seperti Karpet dan papan tulis/white board

Untuk latihan menulis, diupayakan dengan buku tulis, namun terdapat kecurigaan apakah hasil pekerjaan tersebut dikerjakan oleh anak sendiri atau oleh orang tuanya. Namun kedepan teap dibutuhkan papan tulis untuk melihat perkembangan dan kemampuan anak .

4.

Kurangnya konsentrasi Peserta program

Melatih anak untuk berkonsentrasi dengan alat permainan yang telah dipegangnya, dengan cara melatih bermain yang benar dan menyenangkan anak.

5.

Kurangnya kegiatan Pendampingan

Perlunya peningkatan kinerja kerja pendampingan pelaksana, agar setiap bulan selalu memberi motivasi kepada orang tua peserta pelatihan, sehingga sasaran program terhadap anak dan orang tua dapat sekaligus terwujud.
Sumber : Data yang telah diolah


P E N U T U P
A. Kesimpulan
-          Implementasi  program PADU dilaksanakan  setiap minggu 2 kali setiap hari Sabtu dan Minggu pagi dengan lamanya waktu 2 jam setiap pertemuan, yang dimulai pada jam 09.00 – 11. 00 WIB, dengan jumlah peserta program 29 anak (usia 0-3 tahun)  dan dibina oleh Ibu Khusnul Kholidah (telah mendapatkan pelatihan di tingkat Jawa Timur). 1 periode kegiatan dilaksanakan selama 6 bulan (dimulai sejak bulan Januari – Juni 2004). Dengan aspek-aspek yang dinilai (1) keimanan dan ketaqwaan mengalami peningkatan dari 18% pada bulan pertama menjadi 66,07% padabulan terakhir, (2) Budi pekerti dari 53,3% meningkat menjadi 91,66%, (3) Sosial dan Emosional menurun dari 13,3% menjadi 6,57%, (4) disiplin meningkat dari 29,3% menjadi 32%, (5) kemampuan berbahasa menurun dari 16% menjadi 0% hal ini disebabkan bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah bahasa daerah Jawa dan Madura, sedangkan dalam program PADU ini dipergunakan bahasa Indonesia. (6) daya pikir maningkat dari 34,48% menjadi 90,20% dan (7) ketrampilan dan seni menurun dari 39,67% menjadi 24,49 % serta (kesehatan jasmani meningkat dari 58,67% menjadi 94%.

-          Faktor penunjang pelaksanaan program PADU, meliputi :
·         Adanya respon positif dan cukup tinggi dari aparat setempat.
·         Tersedianya tutor yang telah mendapatkan pelatihan di tingkat Propinsi.
·         Adanya motivasi yang cukup tinggi dari masyarakat setempat dan kesadaran akan pentingnya Pendidikan Anak Dini Usia (PADU).
·         Tersedianya materi pembelajaran dan Alat Permainan Edukatif (APE) yang sudah dipersiapkan oleh penyelenggara, sehingga memudahkan pelaksanaan program di lapangan.

-          Faktor Penghambat :
·         Ketergantungan Anak terhadap Orang tua (ketakutan untuk ditinggal oleh orang tuanya
·         Kurangnya   variasi dan jumlah  Alat Permainan Edukatif (APE)
·         Kurangnya sarana belajar seperti Karpet dan papan tulis/white board
·         Kurangnya konsentrasi Peserta program dan Kurangnya  Pendampingan
·          
- Adapun usaha pemecahan yang dilakukan, sebagai berikut :
·         Dicoba secara perlahan-lahan dengan cara orang tua menunggu di luar ruangan
·         Perlu adanya penambahan APE dimasa mendatang. Apalagi jika jumlah anak peserta program semakin bertambah kuantitasnya
·         Untuk latihan menulis, diupayakan dengan buku tulis.
·         Melatih anak untuk berkonsentrasi dengan alat permainan yang telah dipegangnya
·         Perlunya peningkatan kinerja kerja pendampingan pelaksana, agar setiap bulan selalu memberi motivasi pada orang tua peserta program.

B. Rekomendasi.
              Berdasarkan pada data yang telah terkumpul, dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
·         Perlu upaya mempertahankan dan melanjutkan program PADU lanjutan dan secara kontinue, mengingat progrm ini merupakan program rintisan. 
·         Mengingat pendidikan dini merupakan salah satu upaya/strategi peningkatan sumber daya manusia, dengan sasaran bukan hanya anak, namun juga orang tua anak, maka kedepan perlu upaya meningkatkan kinerja pendampingan  baik oleh penyelenggara maupun pelaksana PADU agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan.


Daftar Rujukan :

Conny Semiawan, 2002, Pendidikan Anak Dini Usia, Belajar melalui bermain, Jurnal Ilmiah PADU

Consuelo G.Sevilla, 1993, Pengantar Metode Penelitian, Pen. Universitas Indonesia. Jakarta

Fasil Jalal, 2002, Pendidikan Anak Dini Usia- Pendidikan yang Mendasar, Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi Perdana Depdiknas.

_____________, 2002, Stimulasi Otak untuk Mengoptimalkan Kecerdasan Anak (Pokok-Pokok Pikiran), Jurnal Ilmiah PADU, Edisi ke-2

Juli Astutik, 2004, Metode Penelitian Kuantitatif, Materi Bahan Ajar Perkuliahan bagi Mahasiswa. UMM.
Kerlinger.Fred.N, 2000 (edisi revisi), Azas-Azas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press.

Moh Natsir, 1985, Metode Penelitian Sosial, Gramedia Utama Jakarta.

Mudrajad Kuncoro, 2001, Metode Kuantitatif, UPP AMP YKPN Yogyakarta

Sonhadji, Juli Astutik, Yus Cholili, 2002, Metode Penelitian Kuantitatif, Bahan materi perkuliahan Program Pasca Sarjana Univ. Muhammadiyah Malang

------------------, 2002, Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Dini Usia (Menu Pembelajaran Generik), Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Dep. Pendidikan Nasional.

Departeman Sosial RI, Sub.   Dinas  Bina  Sosial,   Himpunan Peraturan Perundang-

 Undangan Bidang Kesejahteraan   Sosial,   Biro   Hukum  Departemen Sosial

 Republik Indonesia.















Share this article :

0 Komentar:

Post a Comment

Silahkan berkomentar disini walaupun hanya "Hay". Kami akan menghargai komentar anda. Anda berkomentar saya akan berkunjung balik

 
Support : Aris Decoration | Galaxy Young
Copyright © 2014. All in here - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger