BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri lagi Indonesia merupakan negara yang bergantung pada sektor pertanian dalam komoditi ekspor,ketika terjadi krisis moneter yang menyebabkan kuatnya nilai dollar amerika saat itu justru menguntungkan dan membawa berkah bagi produk kita yang berbasis sumber daya alam terutama pertanian yang berorentasi ekspor,walaupun tidak dapat dipungkiri lagi akibat merosotnya nilai rupiah tersebut juga menggoyahkan dan berdampak buruk pada perkonomian Indonesia yang juga sebahagian besar didominasi pada sektor industri.
Dalam hasil pertanian yang menjadi komoditi ekspor,Indonesiamemiliki pangsa pasar yang luas, komoditas konstributor penyumbang devisa dari sektor pertanian meliputi getah karet dan lainnya, tembakau, coklat, teh, kopi, rempah rempah dan sawit (perkebunan) ikan kering yang digarami dan diasapi, ikan segar dingin atau beku, serta udang dan kerang,jagung, buah-buahan, kulit (peternakan) .
Angka hasil pertanian tersebut akan lebih besar nilainya apabila mencantumkan data ekspor hasil agribisnis secara keseluruhan termasuk hasil agro industri. Untuk dapat memperoleh pangsa pasar dalam perdagangan global yang semakin kompetitif, kita harus mencermati komoditi yang mempunyai keunggulan daya saing.
Oleh karena itu kita harus mengusahakan komoditas agribisnis kita mempunyai kelebihan, sehingga dapat bersaing dengan komoditi negara lain, untuk itu dibutuhkan strategi dalam mengembangkan sistem agribisnis di indonesia, salah satu cara yaitudengan mempercepat transformasi pertanian modern yang tangguh dan berwawasan lingkungan serta didukung oleh semua pihak, sebagai langkah awal yaitu menetapkan agribisnis dan agroindustri sebagai primadona pembangunan ekonomi dan menjadi prioritas paling tinggi
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas , maka kami dapat mengangkat beberapa hal pokok yang akan dikembangkan yaitu:
1. bagaimana sejarah perkembangan Agribisnis?
2. bagaimana peranan agribisnis dalam meningkatkan devisa,serta?
3. bagaimana strategi yang dipakai dalam pengembangan agribisnis.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah :
1 Untuk mengetahui bagaimana perana agrinbisnis terhadap peningkatan devisa.
2. Untuk menamabah pengetahuan tentang agribisnis.
3. Untuk memenuhi tugas agribisnis.
BAB II
Pembahasan
2.1 Defenisi Agribisnis
Agribisnis merupakan cara pandang terhadap sektor pertanian secara lebih luas, bukan hanya menekankan pada aspek budidaya saja tetapi juga komponen lain yang mendukung kegiatan pertanian. Konsep agribisnis adalah kegiatan pertanian yang dikelola secara bisnis untuk mendapatkan keuntungan melalui kerja sama yang adil antar subsistem pertanian sehingga menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi secara berkelanjutan. Sistem agribisnis berarti kesatuan dari semua subsistem pertanian terkait yang bekerja bersama-sama sesuai fungsinya untuk menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi dan sampai kepada konsumen sesuai kebutuhan, serta dapat memberikan keuntungan bagi sektor pertanian. Dengan demikian, kunci keberhasilan sistem agribisnis apabila:
(1) Terjadi kerja sama seimbang;
(2) Produk pertanian bernilai tambah;
(3) Pertanian berkelanjutan; dan
(4) Ada perolehan keuntungan yang adil.
Sistem agribisnis terdiri atas lima unsur atau komponen besar yaitu:
(1) Agroinput atau agribisnis hulu.
(2) Usahatani.
(3) Agribisnis hilir pengolahan hasil.
(4) Agribisnis hilir pemasaran dan
(5) Jasa layanan dan pendukung.
Tujuan penerapan sistem agribisnis adalah: (1) menggerakkan kegiatan semua subsistem pertanian, yang berarti juga mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah atau daerah. (2) memperoleh keuntungan berusahatani. (3) memberikan kesempatan kerja. (4) memberikan nilai tambah produk pertanian. (5) meningkatkan pendapatan daerah dan nasional. serta (6) mengangkat kembali "citra atau daya tarik" sektor pertanian. Pencapaian tujuan penerapan sistem agribisnis dapat tercapai dengan baik apabila ada dukungan dari semua pihak terkait termasuk regulasi-regulasi pemerintah yang berpihak pada sektor pertanian.
2.2 Defenisi Devisa
Devisa adalah semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Devisa terdiri atas valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh hampir semua negara di dunia (seperti US Dollar ($), Yen Jepang, Euro, Poundsterling Inggris), emas, surat berharga yang berlaku untuk pembayaran internasional, dan lainnya.
Pada dasarnya devisa dapat berfungsi sebagai :
1. Alat pembayaran luar negeri (perdagangan, ekspor, impor, dan seterusnya).
2. Alat pembayaran utang luar negeri.
3. Alat pembiayaan hubungan luar negeri, misalnya perjalanan dinas, biaya korps diplomatic kedutaan dan konsultan, serta hibah (hadiah, bantuan) luar negeri.
Sebagai sumber pendapatan negara.
Salah satu cara meningkatkan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar, namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar. Pada 2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang 10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen. (sumber BPS)
Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap kontribusi ekspor hanya sebesar 3.61 persen. Dibandingkan dengan sektor yang lain, pertanian masih jauh dibandingkan dengan sektor yang lain.
2.3 PERANAN AGRIBISNIS TERHADAP PENINGKATAN DEVISA
Saat ini Indonesia memiliki 10 produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masing sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Untuk TPT, produk hasil hutan dan elektronika nilai ekspornya paling tingggi dibandingkan dengan produk lainnya, namun peningkatan ekspornya di tahun 2008 tidak sebesar sawit dan karet. Nilai ekspor TPT Indonesia tahun 2008 (Jan-Sep) sebesar 7,9 miliar US$, dengan pertumbuhan ekspor 5,5%, nilai ekspor produk hasil hutan dalam periode yang sama sebesar 6,6 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 14,1% dan nilai ekspor elektronika sebesar 6,1 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 5,6%.
Peranan Sektor agribisnis terhadap Peningkatan Produk Domestik Bruto
1. Sektor pertanian cukup strategis sebagai pemacu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam sepuluh tahun terakhir peranan sektor ini terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu rata-rata 4% per tahun. Sejalan dengan itu, maka dirasakan perlunya secara konsisten melakukan pergeseran paradigma pembangunan ekonomi dan sektor pertanian yaitu dari orientasi produksi ke pendapatan, dari sentralistik ke desentralisasi, dari swasembada pangan ke ketahanan pangan, dari pendekatan komoditi ke pendekatan agribisnis, dari dominasi pemerintah ke swasta, dari pertanian konvensional ke pertanian modern berkelanjutan.
2. Pengembangan agroindustri sebaiknya diprioritaskan untuk mendorong dan mengembangkan industri kecil dan menengah di perdesaan sebagai subsistem produksi sekaligus sebagai bagian dari pendekatan permintaan, karena kegiatan ekonomi desa lebih banyak bertumpu pada kegiatan usahtani (on farm agribusiness). Dengan demikian pengembangan agroindustri perdesaan dapat menjadi fase transisi menuju transformasi struktural pertanian ke industri yang sebenarnya secara bertahap.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dimbil adalah :
1. kegiatan pertanian yang dikelola secara bisnis untuk mendapatkan keuntungan melalui kerja sama yang adil antar subsistem pertanian sehingga menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi secara berkelanjutan.
2. Peranan produk komoditas agribisnis terhadap devisa mengalami peningkatan setiap tahunnya.
4.2 Saran
1. Diperlukaj adanya reformasi dari subsistem agribisnis, mulai dari hulu sampai hilir sektor agribisnis untuk lebih meningkatkan ekspor komoditas pertanian.
2. Pengembangan agroindustri sebaiknya diprioritaskan untuk mendorong dan mengembangkan industri kecil dan menengah di perdesaan sebagai subsistem produksi sekaligus sebagai bagian dari pendekatan permintaan
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tidak dapat dipungkiri lagi Indonesia merupakan negara yang bergantung pada sektor pertanian dalam komoditi ekspor,ketika terjadi krisis moneter yang menyebabkan kuatnya nilai dollar amerika saat itu justru menguntungkan dan membawa berkah bagi produk kita yang berbasis sumber daya alam terutama pertanian yang berorentasi ekspor,walaupun tidak dapat dipungkiri lagi akibat merosotnya nilai rupiah tersebut juga menggoyahkan dan berdampak buruk pada perkonomian Indonesia yang juga sebahagian besar didominasi pada sektor industri.
Dalam hasil pertanian yang menjadi komoditi ekspor,Indonesiamemiliki pangsa pasar yang luas, komoditas konstributor penyumbang devisa dari sektor pertanian meliputi getah karet dan lainnya, tembakau, coklat, teh, kopi, rempah rempah dan sawit (perkebunan) ikan kering yang digarami dan diasapi, ikan segar dingin atau beku, serta udang dan kerang,jagung, buah-buahan, kulit (peternakan) .
Angka hasil pertanian tersebut akan lebih besar nilainya apabila mencantumkan data ekspor hasil agribisnis secara keseluruhan termasuk hasil agro industri. Untuk dapat memperoleh pangsa pasar dalam perdagangan global yang semakin kompetitif, kita harus mencermati komoditi yang mempunyai keunggulan daya saing.
Oleh karena itu kita harus mengusahakan komoditas agribisnis kita mempunyai kelebihan, sehingga dapat bersaing dengan komoditi negara lain, untuk itu dibutuhkan strategi dalam mengembangkan sistem agribisnis di indonesia, salah satu cara yaitudengan mempercepat transformasi pertanian modern yang tangguh dan berwawasan lingkungan serta didukung oleh semua pihak, sebagai langkah awal yaitu menetapkan agribisnis dan agroindustri sebagai primadona pembangunan ekonomi dan menjadi prioritas paling tinggi
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas , maka kami dapat mengangkat beberapa hal pokok yang akan dikembangkan yaitu:
1. bagaimana sejarah perkembangan Agribisnis?
2. bagaimana peranan agribisnis dalam meningkatkan devisa,serta?
3. bagaimana strategi yang dipakai dalam pengembangan agribisnis.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas ini adalah :
1 Untuk mengetahui bagaimana perana agrinbisnis terhadap peningkatan devisa.
2. Untuk menamabah pengetahuan tentang agribisnis.
3. Untuk memenuhi tugas agribisnis.
BAB II
Pembahasan
2.1 Defenisi Agribisnis
Agribisnis merupakan cara pandang terhadap sektor pertanian secara lebih luas, bukan hanya menekankan pada aspek budidaya saja tetapi juga komponen lain yang mendukung kegiatan pertanian. Konsep agribisnis adalah kegiatan pertanian yang dikelola secara bisnis untuk mendapatkan keuntungan melalui kerja sama yang adil antar subsistem pertanian sehingga menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi secara berkelanjutan. Sistem agribisnis berarti kesatuan dari semua subsistem pertanian terkait yang bekerja bersama-sama sesuai fungsinya untuk menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi dan sampai kepada konsumen sesuai kebutuhan, serta dapat memberikan keuntungan bagi sektor pertanian. Dengan demikian, kunci keberhasilan sistem agribisnis apabila:
(1) Terjadi kerja sama seimbang;
(2) Produk pertanian bernilai tambah;
(3) Pertanian berkelanjutan; dan
(4) Ada perolehan keuntungan yang adil.
Sistem agribisnis terdiri atas lima unsur atau komponen besar yaitu:
(1) Agroinput atau agribisnis hulu.
(2) Usahatani.
(3) Agribisnis hilir pengolahan hasil.
(4) Agribisnis hilir pemasaran dan
(5) Jasa layanan dan pendukung.
Tujuan penerapan sistem agribisnis adalah: (1) menggerakkan kegiatan semua subsistem pertanian, yang berarti juga mengoptimalkan potensi yang ada di wilayah atau daerah. (2) memperoleh keuntungan berusahatani. (3) memberikan kesempatan kerja. (4) memberikan nilai tambah produk pertanian. (5) meningkatkan pendapatan daerah dan nasional. serta (6) mengangkat kembali "citra atau daya tarik" sektor pertanian. Pencapaian tujuan penerapan sistem agribisnis dapat tercapai dengan baik apabila ada dukungan dari semua pihak terkait termasuk regulasi-regulasi pemerintah yang berpihak pada sektor pertanian.
2.2 Defenisi Devisa
Devisa adalah semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Devisa terdiri atas valuta asing, yaitu mata uang yang dapat diterima oleh hampir semua negara di dunia (seperti US Dollar ($), Yen Jepang, Euro, Poundsterling Inggris), emas, surat berharga yang berlaku untuk pembayaran internasional, dan lainnya.
Pada dasarnya devisa dapat berfungsi sebagai :
1. Alat pembayaran luar negeri (perdagangan, ekspor, impor, dan seterusnya).
2. Alat pembayaran utang luar negeri.
3. Alat pembiayaan hubungan luar negeri, misalnya perjalanan dinas, biaya korps diplomatic kedutaan dan konsultan, serta hibah (hadiah, bantuan) luar negeri.
Sebagai sumber pendapatan negara.
Salah satu cara meningkatkan cadangan devisa antara lain melalui peningkatan kegiatan ekspor, sehingga kestabilan perekonomian dapat dipertahankan. Menurut data Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2008 mencapai US$51,6 miliar, namun pada Januari 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar US$50,9 miliar. Pada 2008 kontribusi ekspor produk industri mencapai sebesar 64,38 persen, tambang 10,84 persen, pertanian 3,61 persen, dan sisanya merupakan kontribusi dari migas. Dimana apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 34,98 persen, pertambangan dan lainnya 24,62 persen, serta industri sebesar 15,15 persen. (sumber BPS)
Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap kontribusi ekspor hanya sebesar 3.61 persen. Dibandingkan dengan sektor yang lain, pertanian masih jauh dibandingkan dengan sektor yang lain.
2.3 PERANAN AGRIBISNIS TERHADAP PENINGKATAN DEVISA
Saat ini Indonesia memiliki 10 produk utama andalan ekspor yang mampu menyumbang sekitar 50% dari total ekspor non migas Indonesia. Termasuk dalam katagori 5 besar produk andalan ekspor Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), disusul elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk hasil hutan. Untuk produk lainnya adalah alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi.
Sawit dan produk sawit serta karet dan produk karet tercatat sebagai produk yang di tahun 2008 ekspornya mengalami pertumbuhan yang cukup besar masing-masing 111,8% dan 36,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Komoditi lainnya yang tahun 2008 mengalami pertumbuhan ekspor tinggi adalah kopi dan kakao masing-masing 80,9 % dan 35,2%. Namun disayangkan nilai ekspor kedua produk tersebut masing sangat kecil dibandingkan dengan nilai ekspor sawit dan karet.
Untuk TPT, produk hasil hutan dan elektronika nilai ekspornya paling tingggi dibandingkan dengan produk lainnya, namun peningkatan ekspornya di tahun 2008 tidak sebesar sawit dan karet. Nilai ekspor TPT Indonesia tahun 2008 (Jan-Sep) sebesar 7,9 miliar US$, dengan pertumbuhan ekspor 5,5%, nilai ekspor produk hasil hutan dalam periode yang sama sebesar 6,6 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 14,1% dan nilai ekspor elektronika sebesar 6,1 miliar US$ dengan pertumbuhan sebesar 5,6%.
Peranan Sektor agribisnis terhadap Peningkatan Produk Domestik Bruto
1. Sektor pertanian cukup strategis sebagai pemacu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam sepuluh tahun terakhir peranan sektor ini terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, yaitu rata-rata 4% per tahun. Sejalan dengan itu, maka dirasakan perlunya secara konsisten melakukan pergeseran paradigma pembangunan ekonomi dan sektor pertanian yaitu dari orientasi produksi ke pendapatan, dari sentralistik ke desentralisasi, dari swasembada pangan ke ketahanan pangan, dari pendekatan komoditi ke pendekatan agribisnis, dari dominasi pemerintah ke swasta, dari pertanian konvensional ke pertanian modern berkelanjutan.
2. Pengembangan agroindustri sebaiknya diprioritaskan untuk mendorong dan mengembangkan industri kecil dan menengah di perdesaan sebagai subsistem produksi sekaligus sebagai bagian dari pendekatan permintaan, karena kegiatan ekonomi desa lebih banyak bertumpu pada kegiatan usahtani (on farm agribusiness). Dengan demikian pengembangan agroindustri perdesaan dapat menjadi fase transisi menuju transformasi struktural pertanian ke industri yang sebenarnya secara bertahap.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat dimbil adalah :
1. kegiatan pertanian yang dikelola secara bisnis untuk mendapatkan keuntungan melalui kerja sama yang adil antar subsistem pertanian sehingga menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi secara berkelanjutan.
2. Peranan produk komoditas agribisnis terhadap devisa mengalami peningkatan setiap tahunnya.
4.2 Saran
1. Diperlukaj adanya reformasi dari subsistem agribisnis, mulai dari hulu sampai hilir sektor agribisnis untuk lebih meningkatkan ekspor komoditas pertanian.
2. Pengembangan agroindustri sebaiknya diprioritaskan untuk mendorong dan mengembangkan industri kecil dan menengah di perdesaan sebagai subsistem produksi sekaligus sebagai bagian dari pendekatan permintaan
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar disini walaupun hanya "Hay". Kami akan menghargai komentar anda. Anda berkomentar saya akan berkunjung balik