BAB I
PENDAHULUAN
- A. Latar Belakang Masalah
Di Negara yang sudah maju dan mapan dalam bidang ekonomi, jumlah pengeluaran belanja rumah tangga konsumen yang tinggi bukanlah menjadi persoalan karena didukung dengan pendapatan individu yang tinggi pula. Tetapi di Negara berkembang seperti Indonesia yang merupakan Negara agraris di mana sebagian besar pendapatan penduduknya berasal dari sektor pertanian terkadang jumlah pengeluaran rumah tangga konsumen yang tinggi tidak seimbang dengan jumlah pendapatan individu yang rendash.
Masyarakat Indonesia cenderung memiliki pendapatan yang rendah sedangkan pengeluaran untuk konsumsi sehari – hari mereka cukup tinggi, sehingga menyebabkan banyaknya masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan. Hal ini sebenarnya bukan hanya disebabkan oleh mahalnya harga kebutuhan tetapi juga karena gaya hidup masyarakat sendiri. Gaya hidup masyarakat Indonesia yang suka menconntoh pula konsumsi msayarakat di Negara maju membuat jumlah pengeluaran dan pendapatan mereka menjadi tak seimbang. Gaya hidup seperti ini serupa dengan teori James Dussenberry ( 1994 ) yang mengemukakan bahwa orang yang berpendapatan lebih rendah akan meniru pola konsumsi orang yang berpendapatan lebih tinggi di sekelilingnya.
Namun tidak semua masyarakat Indonesia berperilaku seperti itu. Sebagian masyarakat Indonesia ada pula yang pengeluaran rumah tangganya disesuaikan degan pendapatan mereka.
Pendapatan masyarakat Indonesia biasanya lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok daripada untuk investasi atau menabung. Salah satu kebutuhan pokok yang akhir – akhir ini cukup mendapat sorotan karena harganya yang melonjak tinggi adalah minyak tanah. Sebagian besar masyarakat Indonesia terutama dari kalangan ekonomi menengah kebawah menggunakan minyak tanah baik sebagai bahan bakar untuk memasak ataupun beberapa kegiatan lainnya. Namun akhir – akhir ini minyak tanah menjadi sulit didapatkan dan kalaupun ada harganya juga relatif mahal, sehingga masyarakat menjadi kesulitan untuk memperolehnya. Kelangkaan dan mahalnya harga minyak tanah ini terjadi karena adanya pengurangan suplai dan pengurangan subsidi pada minyak tanah sehubungan dengan adanya kebijakan pemerintah tentang program konversi minyak tanah ke gas LPG ( Elpiji ).
Program konversi minyak tanah ke gas LPG ( elpiji ) dipilih oleh pemerintah sebagai solusi agar masyarakat dapat berhemat dalam pemakaian bahan bakar untuk sehari – hari. Hal ini disebabkan karena semakin melambungnya harga minyak di pasar dalam beberapa tahun terakhir. Harga komiditi tersebut diperkirakan akan terus naik di masa mendatang dan hal ini akan diiringi dengan berkurangnya suplai bahan bakar minyak. Dua tahun yang lalu misalnya, harga minyak dunia masih berkisar pada harga US $ 50 per barrel dan kini sudah mencapai US & 70 per barrel. Padahal di Indonesia, bahan bakar minyak yang masih di subsidi ( khususnya minyak tanah ), maka dengan semakin mahalnya harga minyak di pasar dunia, subsidi yang dikucurkan pemerintahpun akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena harga minyak tanah di Indonesia tidak bisa dinaikkan mengikuti harga pasar dunia. Padahal, sebagian minyak tanah yang dikonsumsi di dalam negeri masih diimpor dari Negara lain.
Melihat keadaan tersebut maka LPG ( elpiji ) lantas dipilih karena produksi dan potensi kandungannya masih cukup besar di Indonesia. Untuk konsumsi domestik sudah lebih dari cukup sehingga sebagian masih bisa di ekspor dari segi ini, berdasarkan kesetaraan nilai kalori, subsidi LPG ( elpiji ) lebih rendah daripada minyak tanah. Pemerintah dapat menghemat subsidi hingga Rp. 15 – Rp. 20 triliyun jika program ini berhasil.
Dari segi biaya, menurut penelitian atas perhitungan keuntungan konsumen secara ekonomis yang dilakukan oleh pertamina, pemakaian LPG ( elpiji ) juga jauh lebih hemat daripada minyak tanah dalam menghasilkan pembakaran. Dari hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pengeluaran untuk membeli minyak tanah lebih besar jika dibandingkan dengan LPG ( untuk tabung ukuran 3 kg ). Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak tanah selama 1 bulan ( 30 hari ) sebesar Rp. 75.000,00 sedangkan LPG dengan tabung 3 kg hanya Rp. 51.000,00, sehingga konsumen dapat menghemat biaya belanja rumah tangga dalam hal ini pengeluaran konsumsi bahan bakar sebesar Rp. 24.000,00. Disamping itu LPG sulit untuk dioplos dan disalahgunakan. Sedangkan dari segi kebersihan, LPG lebih bersih daripada minyak tanah karena pada saat pembakaran tidak menimbulkan jelaga, sehingga dapat mengurangi polusi udara.
Melihat kelebihan dan keuntungan dari penggunaan gas LPG tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang konversi minyak tanah ke gas LPG, sehingga pemerintah dapat menghemat APBN dan mengalokasikan anggaran dana APBN untuk hal lain. Tetapi dalam pelaksanaanya ternyata tidak semudah yang dikira di mana persoalan ini masih menemui banyak hambatan, yang diantaranya disebabkan karena masyarakat sudah terbiasa menggunakan minyak tanah, apalagi pemerintah terlalu mendadak dan tidak terencana secara komprehensif.
Dengan melihat fenomena yang terjadi sesuai dengan uraian di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan sebuah penelitian dengan mengambil judul : PERANAN PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS LPG TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DI DUSUN CERMENAN DESA SUGIHWARAS KECAMATAN NGORO KABUPATEN JOMBANG.
- B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada judul “ Peranan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG Terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat Di Dusun Cermenan Desa Sugihwaras Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang, “ maka peneliti perlu mengadakan pembatasan masalah dalam penelitian program konversi minyak tanah menjadi LPG dikaitkan dengan pengeluaran rumah tangga konsumen dalam hal penggunaan bahan bakar di dusun Cermenan, Desa Sugihwaras.
- C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ adakah peranan program konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat di dusun cermenan Desa Sugihwaras Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang ?”.
- D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peranan program konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat di dusun Cermenan Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang.
- E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
- Dipakai masyarakat sebagai bahan pertimbangan dalam mendukung program konversi minyak tanah menjadi LPG.
- Dijadikan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
- F. Definisi Operasional
Berdasarkan judul penelitian, maka peneliti perlu memberikan definisi operasional yang dimaksudkan untuk memberikan penjelasan terhadap tiap – tiap variabel.
- Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG
Merupakan program yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk menghemat bahan baker bersubsidi melalui gas LPG yang dinilai lebih irit.
- 2. Pengeluaran Konsumsi
Merupakan keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan ( dalam hal ini biaya untuk membeli minyak tanah ) oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya di mana pengeluaran tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatannya tetapi juga lingkungan atau masyarakat sekitar tinggal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulua.
a. Efektifitas Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG Terhadap Besaran Pengeluaran Bahan Bakar Dalam Satu Bulan
Penelitian ini dilakukan oleh Dewi Aprilyanti Cholida di RW. 09 Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Penelitian yang ia buat tersebut bertujuan untuk mengetahui dan memaparkan lebih dalam tentang efektifitas konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap besaran pengeluaran bahan bakar satu bulan rumah tangga di RW. 09 Kelurahan Jadi Padang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga RW. 09 Kelurahan Jati Padang yang telah melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG 3 kg dengan jumlah sampel sebanyak 87 kepala keluarga tersebar di sembilan RT.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Cholida menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yaitu konversi minyak tanah ke gas LPG ditanggapi positif oleh warga, meskipun pengetahuan warga tentang program ini tidak banyak dan dalam jalannya konversi masih ditemui beberapa kendala. Efektifitas konversi gas LPG terhadap besaran pengeluaran bahan bakar dalam satu bulan sudah tercapai karena ada perbedaan yang signifikan antara besarnya pengeluaran bahan bakar rumah tangga sebelum dan sesudah menggunakan gas LPG.
( http://www.skripsi.unila.ac.id/…/efektifitas – konversi – minyak – tanah – ke – gas – lpg – terhadap – besaran – pengeluaran – bahan – bakar – dalam – satu – bulan – studi – pada – r …./html – [ 25 November 2009 ]
- B. Hakekat Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG
- Pengertian Minyak Tanah dan LPG
Minyak tanah yang sering digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak atau penerangan merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak berwarna, tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Minyak tanah termasuk dalam golongan petroleum terdestilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79, titik didih 1630 C – 2040 C, dan titik beku 540 C.
Sedangkan LPG ( Elpiji ) atau Liquefied Petroleum Gas merupakan gas hasil produksi dari kilang minyak dan kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propane (C3H8) dan butana (C4H12) yang dicairkan. LPG lebih berat dari udara dengan berat jenis sekitar 2,01, tekanan uap LPG cair dalam tabung sekitar 5,0 – 6,2 Kg / Cm2.
- Pengertian Konversi Tanah Ke Gas LPG
Ada beberapa pengertian konversi minyak tanah yang diungkapkan oleh beberapa tokoh ekonomi yang sekilas tampak berbeda, namun sebenarnya memiliki inti yang sama.
Menurut Anggito Abimanyu, Kepala Badan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan, mengungkapkan bahwa :
Konversi minyak tanah merupakan upaya mengerem peningkatan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi melalui penyediaan tabung gas dan sosialisasi.
( http:www.pajak.go.id/konversi-minyak-tanah/…/html – [20 November 2009] )
Pendapat tersebut serupa dengan yang disampaikan oleh Fadhil Hasan, Ekonom Senior Indef ini mengungkapkan bahwa :
Program konversi minyak tanah menjadi LPG merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak sehingga dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
(http:www.google.co.id/konversi/…/html-
[17 November 2009] )
sedangkan menurut Pertamina sebagai salah satu pihak yang ditunjuk pemerintah dalam pelaksanaanprogram konversi minyak tanah ke LPG mengungkapkan bahwa :
Program konversi minyak tanah ke gas LPG merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke LPG. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung LPG beserta isinya, kompor gas dan aksesorinya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah.
( http://www.pertamina.com/konversi/faq.php –
[16 November 2009].
Tidak banyak ahli atau pakar yang mengungkapkan definisi kkonversi minyak tanah ke LPG, namun dari tiga pendapat yang diuraikan tersebut dapat dikatakan bahwa pada intinya konversi minyak tanah ke LPG merupakan program yang dibuat oleh pemerintah sebagai upaya untuk menghemat bahan baker bersubsidi melalui penggunaan gas LPG yang dinilai lebih irit.
- Alasan dilakukannya Prrogram Konversi Minyak Tanah Ke LPG
Beberapa hal yang menjadi alasan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang program konversi minyak tanah antara lain :
- Subsidi LPG lebih rendah daripada subsidi minyak tanah. penghematan subsidi dapat mencapai Rp. 15 – 20 Triliyun jika program konversi minyak tanah ke LPG ini berhasil.
- LPG lebih sulit dioplos dan disalahgunakan.
- LPG lebih bersih daripada minyak tanah, sehingga dapat mengurangi tingkat polusi udara.
- Subsidi LPG sudah berhasil diterapkan di negara –negara lain seperti India dan Brasil.
- Pelaksana Program Konversi Minyak Tanah Ke LPG
Pemerintah menunjuk beberapa pihak atau instansi sebagai pelaksana program konversi minyak tanah ke LPG, sehingga program tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, pihak atau instansi yang ditunjuk oleh pemerintah tersebut, yaitu :
- Kementrian Negara Koperasi dan UKM ( KUKM )
Instansi ini bertugas mengadakan kompor dan aksesorinya berupa regulator dan selang serta mendistribusikannya bersama tabung dari pertamina.
- PT. Pertamina ( Persero )
Pertamina dalam program ini bertugas untuk :
- Menyediakan tabung LPG 3 kg untuk perdana ditambah kebutuhan tabung untuk rolling.
- Menyediakan gas LPG 3 kg sebagai pengganti minyak tanah.
- Mempersiapkan infrastruktur dan jalur distribusinya.
- Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan
Instansi ini bertugas untuk melakukan sosialisasi program peralihan penggunaan minyak tanah ke LPG.
- Sasaran Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG
- Rumah Tangga
Rumah tangga yang berhak menerima paket LPG 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
- Ibu rumah tangga
- Pengguna minyak tanah murni
- Kelas sosial C1 ke bawah ( Pengeluaran konsumsi 1,5 juta / bulan )
- Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat.
- Usaha Mikro
Usaha mikro yang berhak menerima paket LPG 3 kg beserta kelengkapannya harus memenuhi persyaratan dan kriteria sebagai berikut :
- Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan baker memasak dalam usahanya.
- Penduduk resmi setempat dengan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat.
- Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan setempat.
- Dasar Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG
- Surat Menteri ESDM, No. 3249/26/mem/2006, tanggal 31 Agustus 2006.
Perihal : Hasil rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Wakil Presiden mengenai diversifikasi minyak tanah ke LPG ( Pertamina dituntut untuk melaksanakan konversi minyak tanah ke LPG bagi konsumen rumah tangga ).
- Surat Wakil Presiden RI No. 20/WP/9/2006, tanggal 1 September 2006.
Perihal : Konversi pemakaian minyak tanah ke LPG.
- C. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi beberapa diantaranya meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga keluarga. Dalam keadaan normal, sebagai salah satu komponen daripada pendapatan nasional, pengeluaran konsumsi pada umumnya tidak pernah mempunyai angka di bawah lima puluh persen ( Soediyono, 1997 : 147 ).
Untuk memahami pengeluaran konsumsi, ada baiknya terlebih dahulu memahami beberapa teori tentang pengeluaran konsumsi yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi.
Teori pertama adalah teori yang dikemukakan oleh J.M. Keynes ( 1936 ), yang menyatakan bahwa :
Konsumsi seseorang akan tergantung pada tingkat pendapatan yang telah diterima ( pendapatan aktual atau absolut ) oleh seseorang atau masyarakat.
(http://www.kamaluddin_86.blogspot.com/…/kecondongan – konsumsi – marginal.html [ 28 November 2009] ).
Di dalam teori tersebut Keynes menjelaskan bahwa jika terjadi kenaikan pendapatan aktual maka kenaikan konsumsi seseorang lebih kecil dari kenaikan pendapatan aktual yang diterima. Hal ini dikarenakan seseorang pasti menyisihkan sebagian pendapatan yang diterimanya untuk tujuan lain yaitu menabung dan membayar hutang.
Teori yang dikemukakan oleh Keynes tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Albert Ando, Franco Modigliani dan Richard Brunberg.
menurut mereka,pengeluaran konsumsi akan tergantung dari siklus hidup seseorang pada saat seseorang belum, bekerja, maka untuk membiayai pengeluaran konsumsinya ia akan disubsidi oleh oleh orang tuannya atau hutang. pada saat sudah bekerja ia akan menyisihkan sebagian pendapatannya guna ditabung untuk membayar utang sebelum ia bekerja dan membiayai konsumsi setelah pensiun, seperti telah disebutkan, ia akan memakai tabungannya untuk membiayai konsumsinya.
(http://kamaluddin_86.blogspot.com/…./kecondongan-konsumsi-marginal.html – [ 28 November 2009]
Sedangkan menurut Milton Friedman ( 1957 ) menyatakan bahwa,
konsumsi seseorang tergantung pada pendapatan permanennya ( pendapatan yang rutin ia terima setiap periode tertentu ) dan bukan pada pendapatan transiteori (pendapatan yang tak terduga).
(http://kamaluddin_86.blogspot.com/…./kecondongan-konsumsi-marginal.html – [ 28 November 2009]
Jika ahli ekonomi diatas menyatakan bahwa pengeluran konsumsi sangat dipengaruhi oleh pendapatan absolut atau pendapatan permanennya, maka sedikit berbeda dengan teori James Dussenberry ( 1949 ) yang menyatakan bahwa,
Pengeluaran konsumsi seseorang bukan tergantung dari pendapatan absolute aktualnya tetapi tergantung dari pendapatan relatifnya.
(http://kamaluddin_86.blogspot.com/…./kecondongan-konsumsi-marginal.html – [ 28 November 2009]
Maksud dari teori James Dussenberry tersebut adalah konsumsi seseorang tergantung dari tingkat pendapatannya disbanding atau relatif terhadap pendapatan orang lain. Orang yang pendapatannya lebih rendah akan meniru pola konsumsi orang yang pendapatannya lebih tinggi di sekelilingnya. Karakteristik lain dari pengeluaran konsumsi adalah sekali pengeluaran konsumsi seseorang meningkat, maka tidak mungkin pengeluaran konsumsi tersebut menurun sekalipun pendapatannya menurun.
Dari beberapa teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengeluaran konsumsi merupakan keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya di mana pengeluaran tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatannya tetapi juga lingkungan atau masyarakat sekitar ia tinggal.
- D. Penelitian Yang Relevan
a. Efektifitas Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG Terhadap Besaran Pengeluaran Bahan Bakar Dalam Satu Bulan
Penelitian ini dilakukan oleh Dewi Aprilyanti Cholida di RW. 09 Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Penelitian yang ia buat tersebut bertujuan untuk mengetahui dan memaparkan lebih dalam tentang efektifitas konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap besaran pengeluaran bahan bakar satu bulan rumah tangga di RW. 09 Kelurahan Jadi Padang Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga RW. 09 Kelurahan Jati Padang yang telah melakukan konversi minyak tanah ke gas LPG 3 kg dengan jumlah sampel sebanyak 87 kepala keluarga tersebar di sembilan RT.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Cholida menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yaitu konversi minyak tanah ke gas LPG ditanggapi positif oleh warga, meskipun pengetahuan warga tentang program ini tidak banyak dan dalam jalannya konversi masih ditemui beberapa kendala. Efektifitas konversi gas LPG terhadap besaran pengeluaran bahan bakar dalam satu bulan sudah tercapai karena ada perbedaan yang signifikan antara besarnya pengeluaran bahan bakar rumah tangga sebelum dan sesudah menggunakan gas LPG.
( http://www.skripsi.unila.ac.id/…/efektifitas – konversi – minyak – tanah – ke – gas – lpg – terhadap – besaran – pengeluaran – bahan – bakar – dalam – satu – bulan – studi – pada – r …./html – [ 25 November 2009 ]
c. Konversi Minyak Tanah ke LPG
Ini merpuakan sebuah kajian yang dibuat oleh Widya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Tim Studi Pusat Kebijakan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal milik Pemerintah Indonesia pada bulan Januari 2008. Penelitian tersebut dilaksanakan dengan metode Quick Research. Sampel yang digunakan tersebar di daerah Jakarta, Depok, Bandung, Cimahi, Semarang, Sleman, Tangerang dan Yogyakarta yang terdiri dari 288 orang penerima konversi.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbandingan rata – rata pengeluaran minyak tanah terhadap pengeluaran bahan bakar sebelum konversi sebesar 59,12 % sedangkan setelah konversi menurun menjadi 40,88 %. Selain itu rata – rata penggunaan bahan bakar ( minyak tanah dan LPG ) selama sebulan sebelum konversi memerlukan biaya sebesar Rp. 87.880,00 sedangkan setelah konversi dana yang diperlukan menurun menjadi Rp. 80.815,00 sehingga terjadi penghematan pengeluaran per bulan sebesar Rp. 7.065,00.
Berdasarkan hasil konversi tersebut mengindikasikan bahwa pemakaian LPG lebih efisien dan ekonomis dibandingkan dengan minyak tanah sehingga pengguna LPG akhirnya lebih banyak dibandingkan minyak tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna minyak tanah sebelum konversi sebanayk 59,3 % menurun menjadi 40,7 % sedangkan pengguna LPG sebelum program konversi sebanyak 20,83 % naik menjadi 79,17 %.
Dalam kajiannya, Widya juga menyatakan mpertimbangan bahwa LPG lebih efektif dan lebih efisien dibandingkan minyak tanah yaitu :
- Lebih hemat
Di lihat dari segi harga, pengguna LPG lebih hemat Rp. 3000,0 / minggu.
- Lebih praktis
Di segi penggunaan, LPG dinilai lebih mudah dalam penggunaan dibandingkan penggunaan kompor yang menggunakan minyak tanah.
- Lebih ramah lingkungan
Kompor yang menggunakan LPG terbukti lebih ramah lingkungan dengan gas pembakaran yang lebih bersahabat.
( http://www.widyataurus.wordpress.com/…/konversi – konversi – minyak – tanah – ke – lpg / – [ 20 November 2009 ] )
c. Analisis Pengetahuan, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap produk LPG Pertamina Kemasan 3 Kg.
Studi kasus di desa Leuwiliang, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini dibuat oleh Amiruddin pada Mei 2009.
Dalam penelitian ini, ia menemukan hasil bahwa terdapat dua persepsi dari responden, yaitu :
1. Persepsi positif responden terhadap program konversi minyak tanah ke LPG dimana kompor LPG lebih mudah dibersihkan, mudah memperoleh isi ulangnya, mudah dioperasikan, ramah lingkungan dan lain – lain.
2. Persepsi negatif adalah persepsi terhadap penghematan, kepentingan program keamanan LPG dan persepsi negative terhadap keamanan minyak tanah bagi kesehatan dan lingkungan.
(http://www.elibrary.mb.ipb.ac.id/adl.php?mod-browse&op-read.. –
[ 25 November 2009 ] )
D. Peranan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas LPG Terhadap Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Keberadaan program konversi minyak tanah ke gas LPG di Indonesia bertujuan untuk mengurangi subsidi minyak tanah untuk keperluan rumah tangga yang nilainya sekitar Rp 30 triliun. Progaram ini difokuskan bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar masih menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk beberapa kepentingan rumah tangga.
Program konversi minyak tanah ke gas LPG merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan minyak tanah ke LPG. Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung LPG beserta isinya, kompor gas dan aksesorinya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah.
( http://www.pertamina.com/konversi/faq.php –
[16 November 2009].
Berdasarkan pengertian di atas, maka program ini diharapkan bukan hanya menurunkan anggaran belanja pemerintah tetapi juga dapat menurunkan besarnya anggaran belanja masyarakat atau pengeluaran konsumsi masyarakat.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian adalah usaha sadar yang diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta – fakta yang merupakan permasalahan yang memerlukan sebuah pemecahan atau solusi. Untuk memecahkan suatu permasalahan perlu diteliti sumber penelitian dalam bentuk data, baik data kualitatif maupun data kuantitatif. Oleh karena itu untuk mengumpulkan atau mendapatkan data yang diinginkan tersebut, maka kita harus menggunakan cara atau metode. Ketetapan dalam menetapkan dan menentukan suatu metode untuk melakukan penelitian sangat berpengaruh bagi sebuah penelitian karena metode tersebut dapat menunjang berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Metode dari kata “methode” berarti cara.
Suharsimi Arikunta dalam bukunya Prosedur Penelitian ( 2006 : 219 ) mengatakan bahwa metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data.
Sedangkan W.J.S. Poerwodarminto ( 1980 : 649 ) mengatakan bahwa metodologi penelitian adalah cara yang diatur dan terpilih baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan penelitian.
Oleh karena itu seorang peneliti sebelum terjun mengadakan penelitian dia harus dapat menentukan dan mengambil metode atau cara apa yang digunakan dalam mengadakan penelitian. Karena pada dasarnya research adalah suatu usaha menentukan pengembangan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Sehubungan dengan hal ini metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan langkah – langkah sebagai berikut :
- A. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian yang peneliti gunakan merupakan penelitian dengan pendekatan deskriptif. Dimana rancangan penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang program pemerintah konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat di dusun Cermenan desa Sugihwaras Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang.
- B. Populasi dan Sampel
- Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian ( Suharsimi Arikunto, 2006 : 130 ) dalam hal ini populasi yang akan dipakai peneliti adalah warga yang menjadi sasaran atau terlibat dalam program konversi minyak tanah ke gas LPG di dusun Cermenan desa Sugihwaras kecamatan Ngoro kabupaten Jombang dengan junlah 300 kepala keluarga.
- Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Suharsimi Arikunto, 2006 : 131 ). Mengingat besarnya populasi penelitian serta keterbatasan waktu, tenaga serta biaya maka peneliti mengambil 100 kepala keluarga sebagai sampel untuk dijadikan responden yang mewakili populasi.
- C. Metode Pengumpulan Data
Pada setiap penelitian, baik yang bersifat terbuka ataupun dipublikasikan maupun yang rahasia tertutup untuk kalangan yang terbatas selalu digunakan alat – alat pengumpulan data yang tersusun baik, serta disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk mendapatkan data yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan yang bersangkutan secara obyektif dan metode dalam ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai suatu cara.
Dalam penelitian ini terdapat cara – cara untuk mengumpulkan data, mengelompokkan data yang diperoleh, kemudian merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian. Peneliti menyadari bahwa setiap metode pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan. Oleh karena itu peneliti tidak hanya menggunakan satu metode saja, akan tetapi lebih dari satu metode. Maka peneliti menggunakan beberapa metode antara lain adalah sebagai berikut :
- Metode Observasi
Peneliti melakukan pengamatan dan melihat dari dekat secara langsung dengan mendatangi rumah – rumah warga dusun Cermenan desa Sugihwaras kecamatan Ngoro kabupaten Jombang.
- Metode Interview
Peneliti melakukan tanya jawab dengan warga dan perangkat desa di dusun Cermenan desa Sugihwaras kecamatan Ngoro kabupaten Jombang
- Metode Kuesioner
Peneliti memberikan angket untuk diisi oleh warga dusun Cermenan desa Sugihwaras kecamatan Ngoro kabupaten Jombang.
- D. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di dusun Cermenan desa Sugihwaras kecamatan Ngoro kabupaten Jombang.
- E. Teknik Analisa Data
Untuk menggambarkan atau mendapatkan kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya pada penelitian peranan program konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap pengeluaran konsumsi masyarakat di dusun Germenan desa Sugihwaras kecamatan Ngoro kabupaten Jombang, maka analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif eksploratif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta : Rineka Cipta.
R, Soediyono. 1997. Ekonomi Mikro : Analisa IS – LM dan Permintaan – Penawaran Agregatif. Yogyakarta : Liberty.
http://www.pajak.go.id/konversi-minyak-tanah/…/html – [ 20 November 2009].
http://www.google.co.id/konversi/…/html – [17 November 2009]
http://www.pertamina.com/konversi/faq.php – [16 November 2009]
http://www.kamaluddin86.blogspot.com/…/kecondongan-konsumsi-marginal.html – [ 28 November 2009 ]
http://www.skripsi.unila.ac.id/…/efektifitas-konversi-minyak-tanah-kegas-lpg-terhadap-besaran-pengeluaran-bahan-bakar-dalam-satu-bulan-studi-pada-r…./html – [ 25 November 2009 ]
http://www.widyataurus.wordpress.com/…/konversi-minyak-tanah-ke-lpg/- [ 25 November 2009 ]
http://www.elibrary.mb.ipb.cic.id/gdl.php?mod-browse&op-read…- [ 25 November 2009 ]
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar disini walaupun hanya "Hay". Kami akan menghargai komentar anda. Anda berkomentar saya akan berkunjung balik