Salah satu strategi bisnis terbaru dari Microsoft:
Sebenarnya hitung-hitungan itu masuk dalam hukum ekonomi mengenai permintaan dan penawaran.
Jika saya menjual software di harga Rp. 1.000.000,- laku 10 unit, maka saya memperoleh pendapatan Rp. 10.000.000,-.
Jika saya menurunkan harga software menjadi Rp. 900.000, – laku 15 unit, maka saya memperoleh pendapatan Rp. 13.500.000,-
Tapi dalam perekonomian, menurunkan harga belum tentu bisa meninggkatkan pendapatan ada kalanya harga saya turunkan menjadi Rp. 900.000,- menjadi lalu 11 unit, sehingga total pemasukan menurung menjari Rp. 9.900.000,-. Hal inilah yang disebut sebagai elastitisas harga (price elasticity), yang merupakan prosesntase respon permintaan yang terjadi ketika terjadi perubahan harga baik berubah naik maupun berubah turun.
Jika saya menjual software di harga Rp. 1.000.000,- laku 10 unit, maka saya memperoleh pendapatan Rp. 10.000.000,-.
Jika saya menurunkan harga software menjadi Rp. 900.000, – laku 15 unit, maka saya memperoleh pendapatan Rp. 13.500.000,-
Tapi dalam perekonomian, menurunkan harga belum tentu bisa meninggkatkan pendapatan ada kalanya harga saya turunkan menjadi Rp. 900.000,- menjadi lalu 11 unit, sehingga total pemasukan menurung menjari Rp. 9.900.000,-. Hal inilah yang disebut sebagai elastitisas harga (price elasticity), yang merupakan prosesntase respon permintaan yang terjadi ketika terjadi perubahan harga baik berubah naik maupun berubah turun.
Untuk mempelajarinya, bisa klik di sini.
Berhubung saya orangnya suka yang praktis, intinya jika kita akan menaikkan atau menurunkan harga, selalu siapkan data dan lakukan riset terhadap permintaan.
1. Jika kita menurunkan harga sebesar 1 persen dan permintaan naik di atas 1 persen, berarti omzet kita akan semakin besar, secara teori artinya elastis, dan strategi penurunan harga sudah pas untuk diterapkan.
2. Jika kita menurunkan harga sebesar 1 persen, tapi permintaan naik di bawah 1 persen, artinya inelastis, omzet malah turun, strategi penurunan harga tidak tepat untuk dilakukan. Dalam posisi inelastis, strategi menaikkan harga malah bisa menaikkan omzet keseluruhan.
1. Jika kita menurunkan harga sebesar 1 persen dan permintaan naik di atas 1 persen, berarti omzet kita akan semakin besar, secara teori artinya elastis, dan strategi penurunan harga sudah pas untuk diterapkan.
2. Jika kita menurunkan harga sebesar 1 persen, tapi permintaan naik di bawah 1 persen, artinya inelastis, omzet malah turun, strategi penurunan harga tidak tepat untuk dilakukan. Dalam posisi inelastis, strategi menaikkan harga malah bisa menaikkan omzet keseluruhan.
Jadi, jika saya punya produk saya jual dengan harga 100 juta dan ada 2 orang mau beli produk saya, dibanding saya jual produk dengan fitur dan servis yang sama saya beri harga 2 juta dibeli 50 orang, pilih mana? Yang pertama saya mendapatkan uang 200 juta, yang kedua saya mendapatkan 100 juta. Secara ilmu ekonomi sederhana, saya akan memilih opsi pertama.
Namun, di dunia nyata kadang orang bisa mengesampingkan profit untuk memperoleh profit yang lebih besar di masa depan. Kemungkinan pertama, harga software Microsoft bersifat elastis, sehingga Steve Ballmer mengeluarkan strategi menurunkan harga agar omzet Microsoft menjadi lebih besar. Atau bisa saja hal ini merupakan strategi jual rugi/gratis, agar di masa depan orang menjadi ketagihan karena sudah terbiasa menggunakan produk Microsoft? Karena pemasaran tidak hanya sekedar harga, karena masih perlu dicampur dengan strategi marketing mix.
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar disini walaupun hanya "Hay". Kami akan menghargai komentar anda. Anda berkomentar saya akan berkunjung balik