I. Pendahuluan.
Dalam beberapa tahun ini permasalahan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup terus terjadi, mulai dari kasus Newmont Minahasa, kasus bojong dengan sampahnya, kasus tanah longsor di daerah-daerah seperti Jember dan Trenggalek, hingga kasus pencemaran di laut seperti teluk Jakarta hingga kasus di Selat Madura. Dan baru-baru ini Bandung dengan kasus sampahnya akibat penolakan atau penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah hingga membuat kebingungan semua pihak termasuk Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang sampai memberikan batas waktu tiga hari kepada Walikota Bandung untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Permasalahan krisi energi dinegara kita yang diakibatkan naiknya nilai jual minyak dunia yang menyebabkan kalang kabutnya bangsa ini sehingga membuat gerak kegiatan ekonomi tersendat. Dan yang terbaru adalah bocornya gas bercampur lumpur di daerah Porong Sidoarjo yang merusak lahan penduduk, perumahan bahkan memperlambat jalan tol (Tol Road) bahkan di estimasi kejadian tersebut mengakibatkan kerugian ratusan milliar, belum selesai kasus tersebut timbul lagi kasus pembuangan limbah B3 ke lingkungan bebas, yang mengakibatkan terganggunya penduduk dengan bau yang menyengat. Itu semua merupakan kasus-kasus yang sekarang ini muncul di media massa, dan masih banyak kasus lainnya yang belum di ungkap. Dan ironisnya sampai sekarang kasus lingkungan tersebut belum tersentuh oleh produk-produk hukum kita.
Permasalahan-permasalahan Sumberdaya alam dan lingkungan tadi tidaklah dapat diselesaikan dalam waktu singkat, dan mudah. Perlu waktu dan kerjasama semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan tadi terutama dalam kegiatan pencegahan degradasi lingkungan. Degradasi Sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi pasti akan memberikan eksternalitas negatif kepada kita. Ekternalitas suatu kata yang diadopsi dari kata asing externality, menurut Fauzi. A (2004) eksternalitas adalah dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Banyak contoh yang dapat menggambarkan eksternalitas positif maupun negatif, berdirinya pabrik di suatu kawasan dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi para pedagang makanan di sekitarnya, sehingga adanya pabrik tersebut akan meningkatkan pendapatan penghasilan para pendagang makanan contoh tersebut merupakan ekternalitas positif. Sedangkan akibat adanya pabrik dapat juga menimbulkan eksternalitas negatif seperti terjadinya pencemaran udara, air dan suara.
Dapat dipastikan lingkungan memberikan peran yang sangat peting dalam kegiatan ekonomi kita, hingga dapat dikatakan kegiatan ekonomi tidak mungkin bergerak tanpa adanya peran lingkungan di dalamnya. Akan tetapi sejauh mana peran tersebut terhadap kegiatan ekonomi kita, mungkin kita tidak mengetahuinya. Oleh karena itu diharapkan tulisan ini mampu mengantar pemikiran kita akan peran penting lingkungan terhadap kegiatan ekonomi. Dan mengantarkan kita untuk lebih peduli terhadap sumberdaya alam dan lingkungan kita.
II. Sekilas Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikatakan ilmu yang masih relatif baru bila kiata bandingkan dengan ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang lebih dulu muncul. Sehingga dapat dikatakan para pakar ekonomi sumberdaya dan lingkungan masih relatif sedikit dibandingkan dengan para pakar-pakar ilmu ekonomi lainnya. Pertumbuhan ekonomi terkadang dalam pemikiran kita jauh lebih penting dibandingkan dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat dipastikan sumberdaya alam dan lingkungan kita cepat terkuras untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pemikiran kita yang seperti itu mungkin ada benarnya, banyak contoh negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi mengesampingkan masalah lingkungan seperti China dengan pertumbuhan Hipereconomi sehingga sumberdaya yang ada habis terkuras, Amerika serikat negara adidaya yang memiliki ekonomi yang relatif stabil juga mengalami hal yang sama lingkungan rusak dan sumberdaya alam terkuras. Akan tetapi semua pertumbuhan yang cepat tersebut akan memberikan kecendrungan penurunan ekonomi, yang menjadi pertanyaan dalam benak kita kenapa hal tersebut tidak terjadi kepada kedua negara tersebut?. Secara tidak terasa sebenarnya kedua negara terbut mulai tergantung kehidupannya kepada negara-negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah seperti Indonesia, dengan kebijakan-kebijakannya mereka terus menekan dan berharap sumberdaya yang ada di negara kita dapat dikelola oleh mereka.
Untuk masalah pemikiran mengenai sumberdaya alam dan lingkungan sering para pakar mengkotakkan menjadi dua kategori yaitu menurut Djajadiningrat, S.T (1997) yang pertama kelompok yang berpihak ke pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperdulikan masalah lingkungan dan kelompok konservasi yang lebih mementingkan masalah kelestarian lingkungan. Sehingga dalam hal ini kita kembali bertanya dalam diri kita sendiri, masuk kelompok manakah kita ?. Akan tetapi pada jaman sekarang mulai tumbuh suatu kelompok dimana kelompok tersebut mementingkan keduanya yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan sumberdaya alam yang lestari. Apa bisa terjadi semua itu terjadi ?. Ya, karena dengan adanya sumberdaya alam yang terus terjaga kelestariannya diharapkan pertumbuhan ekonomi terus terjaga dan terus meningkat, hal ini dikarenakan kebutuhan sumberdaya alam dan lingkungan terus ter-supplay.
Sehingga diperlukan suatu tujuan pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan ekonomi tinggi menjadi “pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan” hal tersebut akan terjadi dengan kita tetap memacu pertumbuhan ekonomi bangsa ini dengan juga memperhatikan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan dibatasi dengan ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada.
III. Perannya Dalam Kegiatan Ekonomi
Untuk mempermudah pemahaman nantinya mari kita perhatikan gambar dibawah ini :
Gambar 1 Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi.
Dengan mengurai gambar 1 diatas maka dapat kita perhatikan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memberikan peranan terhadap kegiatan ekonomi. Kebutuhan baik itu rumah tangga maupun perusahaan kesemuanya dipastikan diperoleh dari alam, dimana perusahaan akan meningkatkan nilai ekonomi (Added-Values) dari sumberdaya alam dan lingkungan yang di eksploitasi dengan cara memproduksinya. Dari hasil produksi akan ada dua produk yang dihasilkan yang pertama produk konsumsi dan yang kedua sisa hasil produksi (residu). Dan dari sisa dari kegiatan ekonomi tersebut akhirnya kembali ke alam baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Menurut Djajadiningrat S.T (1997), mengatakan bahwa lingkungan memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama berfungsi sebagai persediaan bahan baku, dimana rumah tangga dan perusahaan sangat tergantung pada lingkungan alam, antara lain udara, air dan keperluan lain seperti mineral dan tenaga. Yang kedua adalah sebagai wadah untuk limbah, dimana perusahaan dan rumah tangga menghasilkan sejumlah besar limbah sementara ditumpuk di lingkungan. Yang ketiga penyedia fasilitas, yaitu lingkungan mempunyai sejumlah fasilitas yang merupakan sumber dari estetika. Ini termasuk pemandangan yang indah, sarana jalan memalui semak-semak, dan pantai-pantai yang asli.
Bila di telaah penurunan kualitas lingkungan dan sumber daya alam disebabkan oleh dua faktor yaitu disebakan oleh meningkatnya kebutuhan ekonomi (economic requirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan (policy failure). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat tekanan yang besar terhadap lingkungan dan sumberdaya yang ada, suatu contoh kebutuhan akan ketersediaan kayu yang memaksa kita untuk menebang hutan secara berlebihan dan terjadinya tebang terlarang (illegal loging), kebutuhan transportasi untuk mobilitas dan mendukung laju perekonomian juga sering menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, dan kejadian dilaut dimana akibat kebutuhan ekonomi memaksa nelayan melakukan kegiatan tangkap berlebih (over fishing). oleh karena itu percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di barengi dengan ketersediaan sumberdaya dan lingkungan yang lestari. (Bahtiar. R. 2006).
Alam memiliki kemampuan untuk menetralisir pencemaran yang terjadi sesuai dengan kapasitas yang alam miliki (carrying capaciy), sehingga tak ada kata lain dalam benak kita bahwa sumberdaya alam dan lingkungan harus dan wajib kita jaga kelestariannya. Banyak hal yang dapat kita jadikan contoh pagi kehidupan kita, Selat Madura yang terindikasi terjadinya pencemaran dapat kita lihat dari pergerakan ikan yang mengarah kearah timur atau tepatnya di sekitar perairan Kabupaten Probolinggo, dan pada saat ini di Kabupaten Probolinggo juga terindikasi terjadinya pencemaran.
Potensi tangakapan ikan di Selat Madura sudah tidak ada lagi, walaupun ada potensi tersebut sangatlah kecil sehingga hal tersebut tidak sebanding dengan biaya oprasional penangkapan (cost of capture). Dengan hilangnya sumberdaya yang ada, sering kita mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kegiatan tangkap berlebih (over fishing), kita mengatakan hal tersebut karena didukung oleh data dengan model Gordon-Schaefer yaitu “Bioeconomic”. Akan tetapi hal ini dirasa pada saat ini model tersebut tidaklah cukup banyak hal yang mempengaruhi terdepresiasinya sumberdaya ikan di Selat Madura.
Dimana saat stock ikan dilaut sedang menurun, Stock ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis ikan lainnya (hubungan pemangsa dengan yang di mangsa) dan oleh perubahan lingkungan. Para stackholders perikanan sering menyalahkan kegiatan tangkap berlebih (over fishing) sebagai penyebab turunnya jumlah stock ikan. Sehingga rencana manajemen sering dianggap kurang tepat dan sudah waktunya dibuat ulang, yang bertujuan untuk mengurangi penangkapan dari kegiatan penangkapan komersil atau bertujuan untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan di laut, dengan melalui pembelian kapal hingga membuat ulang program yang telah ada. Walau bagaimanapun, ada banyak sumber atau faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap menurunnya populasi ikan di laut seperti pemanasan global, dan yang lainnya. Jung-Hee Cho and John M. Gates, 2006).
Banyak istilah yang muncul sekarang ini untuk mengintegrasikan lingkungan dengan ekonomi, seperti ecologi economic, ecologi and economic atau bahkan istilah yang di cetuskan oleh Costanza. R (1989) dalam jurnal internasional ecological economic yaitu Ecolnomics atau Econology, akan tetapi dari kesemua istilah tersebut dapat disimpulkan dengan arti satu yaitu bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
IV. Integrasi dan Penyelesaian Masalah Lingkungan
Baru saja kita memperingati hari lingkungan hidup se-dunia pada setiap tanggal 5 juni, diharapkan dengan adanya hari lingkungan tersebut kita lebih peduli terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang ada.
“Selamat Hari Lingkungan Hidup”
Hingga kini permasalahan lingkungan masih cendrung diselesaikan dengan satu disiplin ilmu, sehingga permasalahan yang terjadi kecendrungan tidak terselesaikan dengan baik. Lingkungan memiliki disiplin ilmu yang kompleks sehingga hal tersebut tidaklah dapat di selesaikan dengan satu disiplin ilmu, diperlukan kerjasama antar disiplin ilmu secara holistic. Ambil satu contoh yang mudah kita pahami bersama pencemaran perairan laut di Selat Madura, apakah pencemaran tersebut keseluruhan di akibatkan oleh kegiatan pencucian mesin kapal baik itu transportasi maupun kapal nelayan ?. Tentu saja tidak, banyak hal yang menyebakan terjadinya pencemaran di perairan antara lain pembuangan limbah ke laut pembangunan pengeboran minyak lepas pantai yang tidak dilandasi AMDAL, hilangnya mangrove di tepi pantai yang menyebabkan abrasi pantai sehingga mengakibatkan pencemaran pantai, kesemua itu merupakan contoh yang harus diselesaikan bersama-sama dan bekerjasama antar disiplin ilmu.
V. Penutup
Hingga kini permasalahan lingkungan masih kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Seperti pembangunan perhotelan di daerah pengunungan yang mengorbankan hutan sebagai penyangga terjadinya banjir masih saja terus berlangsung. Saat ini di butuhkan suatu integrasi lingkungan kedalam setiap kebijakan yang diambil (policy) hal ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan atau terdepresiasinya sumberdaya alam dan lingkungan.
Sekali lagi marilah kita bersama-sama memperhatikan sumberdaya alam dan lingkungan kita untuk keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Tak ada kata yang terucap kecuali tekad kita bersama-sama bergandeng tangan untuk melestarikan sumberdaya dan lingkungan. Alangkah tidak bijaksananya manusia yang hanya mengambil manfaat dari sumberdaya alam dan lingkungan tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan itu sendiri.
Daftar Pustaka
Bahtiar. R. 2006. Bencana Alam dan Hari Bumi. www. tempointeraktif.com
Costanza. R.. 1989. What is Ecological Economics. Ecological Economics. 1 (1989) l-7
D Djajadiningrat S.T. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. LP3ES. Jakarta
Fauzi. A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jung-Hee Cho and John M. Gates. 2006. Environmental Factors and Natural Resource Stock : Atlantic Herring Case Department of Environmental and Natural Resource Economics University of Rhode Island Kingston, RI 02881 USA.
Parker. P. et all. 2002. Progress in integrated assessment and modelling. Environmental Modelling & Software 17 (2002) 209–217
www.dkp.go.id. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Wil. Perairan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara tanggal 1-4 Juni 2006
Karya Punya : YOUBIL FERNANDO, Mahasiswa UNP, 2007.
Dalam beberapa tahun ini permasalahan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup terus terjadi, mulai dari kasus Newmont Minahasa, kasus bojong dengan sampahnya, kasus tanah longsor di daerah-daerah seperti Jember dan Trenggalek, hingga kasus pencemaran di laut seperti teluk Jakarta hingga kasus di Selat Madura. Dan baru-baru ini Bandung dengan kasus sampahnya akibat penolakan atau penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah hingga membuat kebingungan semua pihak termasuk Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang sampai memberikan batas waktu tiga hari kepada Walikota Bandung untuk menyelesaikan masalah sampah ini. Permasalahan krisi energi dinegara kita yang diakibatkan naiknya nilai jual minyak dunia yang menyebabkan kalang kabutnya bangsa ini sehingga membuat gerak kegiatan ekonomi tersendat. Dan yang terbaru adalah bocornya gas bercampur lumpur di daerah Porong Sidoarjo yang merusak lahan penduduk, perumahan bahkan memperlambat jalan tol (Tol Road) bahkan di estimasi kejadian tersebut mengakibatkan kerugian ratusan milliar, belum selesai kasus tersebut timbul lagi kasus pembuangan limbah B3 ke lingkungan bebas, yang mengakibatkan terganggunya penduduk dengan bau yang menyengat. Itu semua merupakan kasus-kasus yang sekarang ini muncul di media massa, dan masih banyak kasus lainnya yang belum di ungkap. Dan ironisnya sampai sekarang kasus lingkungan tersebut belum tersentuh oleh produk-produk hukum kita.
Permasalahan-permasalahan Sumberdaya alam dan lingkungan tadi tidaklah dapat diselesaikan dalam waktu singkat, dan mudah. Perlu waktu dan kerjasama semua pihak dalam menyelesaikan permasalahan tadi terutama dalam kegiatan pencegahan degradasi lingkungan. Degradasi Sumberdaya alam dan lingkungan yang terjadi pasti akan memberikan eksternalitas negatif kepada kita. Ekternalitas suatu kata yang diadopsi dari kata asing externality, menurut Fauzi. A (2004) eksternalitas adalah dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Banyak contoh yang dapat menggambarkan eksternalitas positif maupun negatif, berdirinya pabrik di suatu kawasan dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi para pedagang makanan di sekitarnya, sehingga adanya pabrik tersebut akan meningkatkan pendapatan penghasilan para pendagang makanan contoh tersebut merupakan ekternalitas positif. Sedangkan akibat adanya pabrik dapat juga menimbulkan eksternalitas negatif seperti terjadinya pencemaran udara, air dan suara.
Dapat dipastikan lingkungan memberikan peran yang sangat peting dalam kegiatan ekonomi kita, hingga dapat dikatakan kegiatan ekonomi tidak mungkin bergerak tanpa adanya peran lingkungan di dalamnya. Akan tetapi sejauh mana peran tersebut terhadap kegiatan ekonomi kita, mungkin kita tidak mengetahuinya. Oleh karena itu diharapkan tulisan ini mampu mengantar pemikiran kita akan peran penting lingkungan terhadap kegiatan ekonomi. Dan mengantarkan kita untuk lebih peduli terhadap sumberdaya alam dan lingkungan kita.
II. Sekilas Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Ilmu ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dapat dikatakan ilmu yang masih relatif baru bila kiata bandingkan dengan ilmu-ilmu ekonomi lainnya yang lebih dulu muncul. Sehingga dapat dikatakan para pakar ekonomi sumberdaya dan lingkungan masih relatif sedikit dibandingkan dengan para pakar-pakar ilmu ekonomi lainnya. Pertumbuhan ekonomi terkadang dalam pemikiran kita jauh lebih penting dibandingkan dengan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga dapat dipastikan sumberdaya alam dan lingkungan kita cepat terkuras untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pemikiran kita yang seperti itu mungkin ada benarnya, banyak contoh negara-negara yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tapi mengesampingkan masalah lingkungan seperti China dengan pertumbuhan Hipereconomi sehingga sumberdaya yang ada habis terkuras, Amerika serikat negara adidaya yang memiliki ekonomi yang relatif stabil juga mengalami hal yang sama lingkungan rusak dan sumberdaya alam terkuras. Akan tetapi semua pertumbuhan yang cepat tersebut akan memberikan kecendrungan penurunan ekonomi, yang menjadi pertanyaan dalam benak kita kenapa hal tersebut tidak terjadi kepada kedua negara tersebut?. Secara tidak terasa sebenarnya kedua negara terbut mulai tergantung kehidupannya kepada negara-negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah seperti Indonesia, dengan kebijakan-kebijakannya mereka terus menekan dan berharap sumberdaya yang ada di negara kita dapat dikelola oleh mereka.
Untuk masalah pemikiran mengenai sumberdaya alam dan lingkungan sering para pakar mengkotakkan menjadi dua kategori yaitu menurut Djajadiningrat, S.T (1997) yang pertama kelompok yang berpihak ke pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperdulikan masalah lingkungan dan kelompok konservasi yang lebih mementingkan masalah kelestarian lingkungan. Sehingga dalam hal ini kita kembali bertanya dalam diri kita sendiri, masuk kelompok manakah kita ?. Akan tetapi pada jaman sekarang mulai tumbuh suatu kelompok dimana kelompok tersebut mementingkan keduanya yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan sumberdaya alam yang lestari. Apa bisa terjadi semua itu terjadi ?. Ya, karena dengan adanya sumberdaya alam yang terus terjaga kelestariannya diharapkan pertumbuhan ekonomi terus terjaga dan terus meningkat, hal ini dikarenakan kebutuhan sumberdaya alam dan lingkungan terus ter-supplay.
Sehingga diperlukan suatu tujuan pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan ekonomi tinggi menjadi “pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan” hal tersebut akan terjadi dengan kita tetap memacu pertumbuhan ekonomi bangsa ini dengan juga memperhatikan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan dibatasi dengan ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada.
III. Perannya Dalam Kegiatan Ekonomi
Untuk mempermudah pemahaman nantinya mari kita perhatikan gambar dibawah ini :
Gambar 1 Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi.
Dengan mengurai gambar 1 diatas maka dapat kita perhatikan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memberikan peranan terhadap kegiatan ekonomi. Kebutuhan baik itu rumah tangga maupun perusahaan kesemuanya dipastikan diperoleh dari alam, dimana perusahaan akan meningkatkan nilai ekonomi (Added-Values) dari sumberdaya alam dan lingkungan yang di eksploitasi dengan cara memproduksinya. Dari hasil produksi akan ada dua produk yang dihasilkan yang pertama produk konsumsi dan yang kedua sisa hasil produksi (residu). Dan dari sisa dari kegiatan ekonomi tersebut akhirnya kembali ke alam baik dalam bentuk padat, cair maupun gas. Menurut Djajadiningrat S.T (1997), mengatakan bahwa lingkungan memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama berfungsi sebagai persediaan bahan baku, dimana rumah tangga dan perusahaan sangat tergantung pada lingkungan alam, antara lain udara, air dan keperluan lain seperti mineral dan tenaga. Yang kedua adalah sebagai wadah untuk limbah, dimana perusahaan dan rumah tangga menghasilkan sejumlah besar limbah sementara ditumpuk di lingkungan. Yang ketiga penyedia fasilitas, yaitu lingkungan mempunyai sejumlah fasilitas yang merupakan sumber dari estetika. Ini termasuk pemandangan yang indah, sarana jalan memalui semak-semak, dan pantai-pantai yang asli.
Bila di telaah penurunan kualitas lingkungan dan sumber daya alam disebabkan oleh dua faktor yaitu disebakan oleh meningkatnya kebutuhan ekonomi (economic requirement) dan gagalnya kebijakan yang diterapkan (policy failure). Peningkatan kebutuhan yang tak terbatas sering membuat tekanan yang besar terhadap lingkungan dan sumberdaya yang ada, suatu contoh kebutuhan akan ketersediaan kayu yang memaksa kita untuk menebang hutan secara berlebihan dan terjadinya tebang terlarang (illegal loging), kebutuhan transportasi untuk mobilitas dan mendukung laju perekonomian juga sering menimbulkan dampak terhadap kerusakan lingkungan seperti pencemaran udara, dan kejadian dilaut dimana akibat kebutuhan ekonomi memaksa nelayan melakukan kegiatan tangkap berlebih (over fishing). oleh karena itu percepatan pembangunan ekonomi sudah selayaknya di barengi dengan ketersediaan sumberdaya dan lingkungan yang lestari. (Bahtiar. R. 2006).
Alam memiliki kemampuan untuk menetralisir pencemaran yang terjadi sesuai dengan kapasitas yang alam miliki (carrying capaciy), sehingga tak ada kata lain dalam benak kita bahwa sumberdaya alam dan lingkungan harus dan wajib kita jaga kelestariannya. Banyak hal yang dapat kita jadikan contoh pagi kehidupan kita, Selat Madura yang terindikasi terjadinya pencemaran dapat kita lihat dari pergerakan ikan yang mengarah kearah timur atau tepatnya di sekitar perairan Kabupaten Probolinggo, dan pada saat ini di Kabupaten Probolinggo juga terindikasi terjadinya pencemaran.
Potensi tangakapan ikan di Selat Madura sudah tidak ada lagi, walaupun ada potensi tersebut sangatlah kecil sehingga hal tersebut tidak sebanding dengan biaya oprasional penangkapan (cost of capture). Dengan hilangnya sumberdaya yang ada, sering kita mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kegiatan tangkap berlebih (over fishing), kita mengatakan hal tersebut karena didukung oleh data dengan model Gordon-Schaefer yaitu “Bioeconomic”. Akan tetapi hal ini dirasa pada saat ini model tersebut tidaklah cukup banyak hal yang mempengaruhi terdepresiasinya sumberdaya ikan di Selat Madura.
Dimana saat stock ikan dilaut sedang menurun, Stock ikan tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis ikan lainnya (hubungan pemangsa dengan yang di mangsa) dan oleh perubahan lingkungan. Para stackholders perikanan sering menyalahkan kegiatan tangkap berlebih (over fishing) sebagai penyebab turunnya jumlah stock ikan. Sehingga rencana manajemen sering dianggap kurang tepat dan sudah waktunya dibuat ulang, yang bertujuan untuk mengurangi penangkapan dari kegiatan penangkapan komersil atau bertujuan untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan di laut, dengan melalui pembelian kapal hingga membuat ulang program yang telah ada. Walau bagaimanapun, ada banyak sumber atau faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap menurunnya populasi ikan di laut seperti pemanasan global, dan yang lainnya. Jung-Hee Cho and John M. Gates, 2006).
Banyak istilah yang muncul sekarang ini untuk mengintegrasikan lingkungan dengan ekonomi, seperti ecologi economic, ecologi and economic atau bahkan istilah yang di cetuskan oleh Costanza. R (1989) dalam jurnal internasional ecological economic yaitu Ecolnomics atau Econology, akan tetapi dari kesemua istilah tersebut dapat disimpulkan dengan arti satu yaitu bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
IV. Integrasi dan Penyelesaian Masalah Lingkungan
Baru saja kita memperingati hari lingkungan hidup se-dunia pada setiap tanggal 5 juni, diharapkan dengan adanya hari lingkungan tersebut kita lebih peduli terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang ada.
“Selamat Hari Lingkungan Hidup”
Hingga kini permasalahan lingkungan masih cendrung diselesaikan dengan satu disiplin ilmu, sehingga permasalahan yang terjadi kecendrungan tidak terselesaikan dengan baik. Lingkungan memiliki disiplin ilmu yang kompleks sehingga hal tersebut tidaklah dapat di selesaikan dengan satu disiplin ilmu, diperlukan kerjasama antar disiplin ilmu secara holistic. Ambil satu contoh yang mudah kita pahami bersama pencemaran perairan laut di Selat Madura, apakah pencemaran tersebut keseluruhan di akibatkan oleh kegiatan pencucian mesin kapal baik itu transportasi maupun kapal nelayan ?. Tentu saja tidak, banyak hal yang menyebakan terjadinya pencemaran di perairan antara lain pembuangan limbah ke laut pembangunan pengeboran minyak lepas pantai yang tidak dilandasi AMDAL, hilangnya mangrove di tepi pantai yang menyebabkan abrasi pantai sehingga mengakibatkan pencemaran pantai, kesemua itu merupakan contoh yang harus diselesaikan bersama-sama dan bekerjasama antar disiplin ilmu.
V. Penutup
Hingga kini permasalahan lingkungan masih kurang diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Seperti pembangunan perhotelan di daerah pengunungan yang mengorbankan hutan sebagai penyangga terjadinya banjir masih saja terus berlangsung. Saat ini di butuhkan suatu integrasi lingkungan kedalam setiap kebijakan yang diambil (policy) hal ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan atau terdepresiasinya sumberdaya alam dan lingkungan.
Sekali lagi marilah kita bersama-sama memperhatikan sumberdaya alam dan lingkungan kita untuk keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Tak ada kata yang terucap kecuali tekad kita bersama-sama bergandeng tangan untuk melestarikan sumberdaya dan lingkungan. Alangkah tidak bijaksananya manusia yang hanya mengambil manfaat dari sumberdaya alam dan lingkungan tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya dan lingkungan itu sendiri.
Daftar Pustaka
Bahtiar. R. 2006. Bencana Alam dan Hari Bumi. www. tempointeraktif.com
Costanza. R.. 1989. What is Ecological Economics. Ecological Economics. 1 (1989) l-7
D Djajadiningrat S.T. 1997. Pengantar Ekonomi Lingkungan. LP3ES. Jakarta
Fauzi. A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Jung-Hee Cho and John M. Gates. 2006. Environmental Factors and Natural Resource Stock : Atlantic Herring Case Department of Environmental and Natural Resource Economics University of Rhode Island Kingston, RI 02881 USA.
Parker. P. et all. 2002. Progress in integrated assessment and modelling. Environmental Modelling & Software 17 (2002) 209–217
www.dkp.go.id. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Wil. Perairan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara tanggal 1-4 Juni 2006
Karya Punya : YOUBIL FERNANDO, Mahasiswa UNP, 2007.
0 Komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar disini walaupun hanya "Hay". Kami akan menghargai komentar anda. Anda berkomentar saya akan berkunjung balik